Kera Raksasa dikabarkan sempat hidup di muka bumi. Bahkan seorang ahli paleontologi Gustav Heinric Ralph von Koenigswald sempat menemukan gigi geraham yang sangat besar.
Melansir detikinet, fosil seperti itu sering ditemukan dalam pengobatan tradisional Tiongkon yang disebut tulang naga. Namun, gigi besar itu tak berasal dari makhluk mitos itu.
Berdasarkan hasil riset mengungkap, gigi itu berasal dari sejenis makhkul raksasa. Von Koenigswald menamakannya Gigantopithecus yang artinya 'kera raksasa'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak itu, ribuan gigi dilacak, sebagian besar dari pasar obat tradisional China. Penemuan beberapa rahang bawah memungkinkan ahli paleontologi dan primata menyimpulkan sedikit seperti apa Gigantopithecus itu.
Sayangnya sejauh ini belum ada bagian lain dari kerangka atau tengkoraknya ditemukan. Spesies Gigantopithecus paling terkenal adalah G. blacki yang tampaknya merupakan spesies terbesar.
Penyebab kepunahannya mungkin telah diketahui di riset terbaru. Dalam studi di jurnal Nature, disebutkan bahwa 2,3 juta tahun lalu, di akhir masa Pleistosen tengah, kera raksasa ini menikmati makanan kaya buah-buahan dan hidup di hutan lebat. Namun sekitar 600.000 hingga 700.000 tahun lalu, habitat berubah dan lambat laun jadi padang rumput.
Selama periode ini, iklim dan tanaman menjadi lebih bersifat musiman dan ketersediaan air kurang konsisten karena wilayah tersebut mulai mengalami musim kemarau. Selama masa ini, G. blacki makin besar, meningkatkan jumlah makanan yang dibutuhkannya.
Perubahan habitat dan ketidakmampuan beradaptasi akhirnya menghancurkan spesies tersebut. Riset sebelumnya menunjukkan kera itu punah sekitar 200.000 tahun lalu, namun data baru menunjukkan pada 300.000 tahun silam, jumlahnya menurun drastis sebelum lenyap sama sekali antara 295.000 dan 215.000 tahun silam.
Artikel ini sudah tayang di detikinet, baca selengkapnya di sini.
(mso/mso)