Tingkatkan Produksi Padi, Jabar Dorong Penerapan Teknologi Salibu

Tingkatkan Produksi Padi, Jabar Dorong Penerapan Teknologi Salibu

Bima Bagaskara - detikJabar
Senin, 15 Jan 2024 00:05 WIB
Demi menjaga ketahanan pangan ditengah pandemi COVID-19 yang terjadi di Kota Bandung, sejumlah petani padi menggarap sawah ditengah pandemi COVID-19.
Ilustrasi petani padi (Foto: Wisma Putra)
Bandung -

Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendorong penerapan teknologi salibu guna meningkatkan produktivitas padi. Seperti diketahui, Jabar merupakan salah satu provinsi penghasil padi terbesar di Indonesia.

Menurut data BPS, produksi padi di Jabar pada tahun 2023 mencapai 9,09 juta ton dengan Indramayu sebagai daerah penyumbang terbesar yakni 1,4 juta ton, Karawang 1,09 juta ton dan Subang 1,01 juta ton.

Meski terbilang sudah cukup tinggi, namun Pemprov Jabar terus berupaya meningkatkan produksi padi. Salah satu caranya dengan mendorong penerapan budidaya padi dengan teknologi salibu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip laman Kementerian Pertanian, budidaya padi salibu merupakan varian teknologi budidaya ratun, yaitu tunggul setelah panen tanaman utama yang tingginya 25 cm, dipelihara 7-10 hari atau dibiarkan hingga keluar tunas baru.

Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin menuturkan, budidaya padi teknologi salibu dapat meningkatkan produksi padi sekaligus menjaga ketahanan pangan. Menurutnya teknologi ini membuat penanaman lebih efisien dan menambah jumlah panen dalam satu tahun.

ADVERTISEMENT

"Di mana dalam satu tahun bisa minimal lima kali panen bahkan bisa jadi tujuh kali panen," kata Bey, Minggu (14/1/2024).

Selain menambah jumlah panen dalam satu tahun, Bey mengungkapkan ada keunggulan lain dari budidaya padi teknologi salibu ini. Keunggulan lain itu diantaranya mengurangi biaya produksi, umur panen lebih cepat, dan hasil panen yang besar.

"Pertama, biaya menurun hampir 40 persen tapi produksi meningkat. Jadi bayangkan, kalau lima kali saja, satu kali panen tujuh ton berarti kan lima kali tujuh sudah menghasilkan 35 ton," ucapnya.

"Kalau yang cara konvensional, paling banyak itu tiga kali dalam satu tahun panen dan satu kali panen paling lima sampai enam ton. Belum lagi biayanya juga lebih mahal. Karena setiap panen mesti ada proses lagi untuk penanaman dan sebagainya. Kalau ini (salibu) setelah panen, sudah tinggal ditanam saja," lanjutnya.

Karena itu, Bey mendorong Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) untuk memperluas penerapan budidaya padi teknologi salibu, termasuk mensosialisasikan kepada para penyuluh pertanian.

"Nanti Bapak Kadis (DTPH) akan melakukan sosialisasi atau semacam pelatihan kepada penyuluh," tutup Bey.

(bba/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads