Praktikum Nikah di SMK Tasikmalaya yang Menuai Sorotan

Jabar Sepekan

Praktikum Nikah di SMK Tasikmalaya yang Menuai Sorotan

Tim detikJabar - detikJabar
Minggu, 14 Jan 2024 17:30 WIB
Ilustrasi Pernikahan
Ilustrasi pernikahan. (Foto: iStock)
Bandung -

Sebuah video menampilkan seorang pria di Tasikmalaya menikahi dua perempuan sekaligus alias berpoligami. Video tersebut viral dan jadi perbincangan.

Dalam rekaman, menampilkan proses akad dan resepsi pernikahan seorang pria muda dengan dua perempuan. Namun hasil penelusuran detikJabar, akad dan resepsi pernikahan itu bukanlah pernikahan sungguhan, melainkan sebatas kegiatan praktikum pernikahan siswa-siswi SMK Duta Pratama Indonesia.

Sekolah ini merupakan sekolah kejuruan swasta yang berlokasi di Kelurahan Cipawitra, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya. Kepala SMK Duta Pratama Indonesia Lasiman membenarkan video viral pernikahan poligami itu bukanlah pernikahan sungguhan, melainkan kegiatan praktikum yang digelar di sekolahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Iya memang itu kegiatan praktek di sekolah kami, memang viral dan terjadi sedikit misinformasi, seolah-olah itu pernikahan sungguhan," kata Lasiman, Selasa (9/1/2024).

Lasiman menjelaskan kegiatan praktikum pernikahan itu digelar pada Kamis 14 Desember 2013 lalu. Namun kali ini konsepnya diubah, praktik pernikahan itu melibatkan semua siswa mulai dari kelas X, XI dan kelas XII. Praktikum pernikahan juga digelar di luar ruangan.

ADVERTISEMENT

Semua persiapan pelaksanaan praktikum pernikahan itu dilakukan oleh siswa-siswi. Mereka mengambil peran masing-masing. Mulai dari mendesain undangan, membuat catering, merias pengantin, perhitungan pembiayaan hingga mengorganisir acara atau bertindak sebagai wedding organizer.

Selain itu dengan praktikum pernikahan ini siswa-siswi juga diberi pemahaman bahwa ada banyak peluang bisnis di dalam sebuah acara pernikahan atau resepsi.

"Mereka jadi paham, ada peluang di sana. Mulai dari jasa desain, tata rias, tata boga hingga peluang menjadi WO," kata Lasiman.

Sementara, itu terkait konsep pernikahan yang mensimulasikan penikahan poligami alias satu pengantin pria dan dan dua pengantin perempuan, Lasiman mengatakan hal itu merupakan inisiatif dari anak didiknya.

"Nah jadi memang itu anak-anak yang mengkonsep. Pada H-2 kami guru-guru baru tahu ternyata ada 2 pengantin perempuan," kata Lasiman.

"Ketika itu anak-anak diberi pemahaman oleh guru agamanya, bahwa tidak boleh menikahi perempuan adik kakak. Akhirnya diubah ceritanya menjadi seorang pria menikah dengan dua perempuan saudara sepupu," lanjutnya.

Praktikum pernikahan pun akhirnya digelar di lapangan sekolah oleh siswa-siswi, sementara guru-guru hanya menyaksikan. Kegiatan berlangsung sukses.

Saat itu tim dokumentasi yang digawangi siswa-siswi juga melakukan tugasnya dengan baik. Mereka berhasil membuat konten dokumentasi pernikahan dengan bagus. Kemudian konten itu diunggah ke media sosial hingga akhirnya viral dan dianggap pernikahan sungguhan.

"Dalam pelaksanaannya ada anak-anak yang bagian dokumentasi membuat konten-konten. Dan memang kami dorong agar anak-anak ini membuat konten. Tapi mungkin karena di keterangannya kurang lengkap, akhirnya viral bukan praktikumnya tapi poligaminya," papar Lasiman.

Dia pun meminta maaf atas kekeliruan atau kesalahan persepsi yang terjadi di masyarakat akibat video praktikum tersebut. "Tentu kami meminta maaf seandainya menimbulkan ketidaknyamanan atas video itu," kata Lasiman.

Sementara itu, Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan wilayah XII Provinsi Jawa Barat mengklarifikasi soal viral video praktikum pernikahan poligami di SMK Duta Pratama Indonesia Tasikmalaya. Hasilnya pihak Dinas Pendidikan mengatakan praktikum itu tidak ada masalah, dan sudah sesuai aturan. Namun, ada beberapa catatan.

Pengawas SMK KCD Pendidikan wilayah XII Jawa Barat, Dede Nana Johari mengatakan kegiatan itu sudah selaras dengan metode pembelajaran berbasis proyek yang menjadi bagian dari kurikulum merdeka. Dia bahkan mengapresiasi pihak sekolah yang dianggap sudah menjalankan model pembelajaran yang diarahkan oleh Kementerian Pendidikan.

"Yang justru bermasalah adalah sekolah-sekolah yang masih menerapkan pembelajaran yang masih ceramah, tanya jawab yang membawa siswa itu ke masa lalu, bukan ke masa depan. Sekarang memang zamannya pembelajaran berbasis proyek," kata Dede.

Hasil komunikasi dengan pihak sekolah, kata Dede, kegiatan praktikum pernikahan itu sudah melibatkan banyak mata pelajaran serta kolaborasi semua tingkatan di sekolah tersebut.

Berkaitan dengan viralnya video berkaitan dengan pernikahan poligami yang kemudian menjadi kontroversi, atau pro dan kontra di masyarakat, Dede mengatakan hal itu diakuinya sebuah dinamika yang terjadi dalam pelaksanaan proyek. Namun justru hal itu menurut Dede dapat dimaknai sebagai bahan pembelajaran, yang tidak hanya bagi anak-anak SMK tapi justru bagi masyarakat secara luas.

"Yang jadi viral mungkin di kurikulum belum ada inovasi yang arahnya beristri 2 itu tadi. Idenya (pernikahan poligami) muncul dari siswa, yang itu tidak terduga, boleh jadi sebagai pikiran kritis anak-anak. Sekarang mari kita bedah apakah pernikahan seperti itu boleh atau tidak, justru jadi pembelajaran juga bagi kita, baik pelajar maupun masyarakat. Kita bedah baik dari sisi hukum positif maupun dari sisi hukum agama," kata Dede.

Poin lain yang menjadi sorotan adalah soal adegan cium kening antara siswa yang berperan sebagai pengantin dalam praktikum tersebut. Beberapa kalangan menilainya sebagai sesuatu yang tak etis, meski sebagian kalangan lain menilai pengantin pria tak mencium kening, melainkan mencium mahkota yang dikenakan pengantin perempuan.

"Kalau kemudian di situ ada adegan persentuhan antara siswa dan siswi, ya sebetulnya dalam kegiatan pembelajaran yang lain pun, seperti outbond dan lainnya terkadang tidak bisa dihindari," kata Dede.

Praktikum nikah yang menuai kontroversi ini juga membuat kalangan alim ulama dan Muspika Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, mendatangi SMK Duta Pratama Indonesia.

Mereka menggelar audiensi terkait kejadian yang menyita perhatian publik imbas praktikum pernikahan poligami yang dianggap kontroversi. "Kami mendatangi pihak sekolah Rabu sore kemarin, bersama unsur Muspika kami menggelar pertemuan dengan pihak SMK Duta Pratama," kata Ketua Forum Ulama Kecamatan Mangkubumi KH Muhammad Yan-yan Al Bayani, Kamis (11/1/2024).

Yan-yan mengatakan praktikum pernikahan yang digelar pihak sekolah tidak menjadi persoalan, yang menjadi sorotan pihaknya adalah adegan-adegan pemeran pengantin dalam praktikum yang dianggap tidak pantas.

"Yang kami sayangkan adalah di kegiatan tersebut ada adegan pelajar yang tidak pantas. Misalnya si pengantin pria tiduran di paha pengantin perempuan, kemudian adegan bermesraan lainnya," kata Yan-yan.

Adegan itu menurut dia melampaui batas norma, karena mereka bukan pasangan yang sah. "Itu adegan maksiat karena faktanya mereka bukan suami istri, maka adegan itu haram hukumnya. Parahnya adegan adegan itu ada di video yang terlanjur menyebar di medsos hingga viral," kata Yan-yan.

Dia menyayangkan pihak sekolah yang dianggap melakukan pembiaran atas adegan itu. "Padahal saat sesi pemotretan dihadiri gurunya, hal ini yang kami sesalkan dan harus menjadi bahan evaluasi bagi semua pihak," kata Yan-yan.

Acara pertemuan itu dihadiri pula oleh Camat, Kepala KUA, unsur TNI Polri dan tokoh agama di lingkungan Kecamatan Mangkubumi.

Halaman 2 dari 2
(aau/orb)


Hide Ads