Video prosesi akad dan resepsi pernikahan poligami di Tasikmalaya membuat heboh. Tapi fakta sebenarnya terungkap, ternyata video itu adalah rekaman kegiatan praktikum pernikahan di SMK Duta Pratama Indonesia di Kelurahan Cipawitra, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya.
Sekolah kejuruan yang dikelola swasta ini, sebenarnya merupakan sekolah menengah kejuruan di bidang kesehatan. Ada dua jurusan atau program keahlian yang dibuka di sekolah itu, program keahlian farmasi dan program keahlian perawat. Jumlah total siswa di sekolah ini pun relatif sedikit.
"Total siswa ada 90 orang, kami punya dua program keahlian yaitu farmasi dan perawat," kata Kepala SMK Duta Pratama Lasiman, Selasa (9/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan kekurangan siswa menjadi tantangan tersulit bagi SMK swasta saat ini, apalagi di dekat sekolahnya kini didirikan SMA Negeri.
"Sulit bagi SMK swasta mendapatkan murid, makanya kita dituntut untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran," kata Lasiman.
Meski bangunannya tak terlalu mentereng, namun fasilitas di sekolah itu cukup lengkap. Lasiman sempat menunjukan laboratorium komputer, ruang praktek keperawatan dan fasilitas lainnya.
Saat dipertanyakan mengapa sekolah yang fokus kejuruan bidang kesehatan menggelar praktikum pernikahan, Lasiman berkilah, hal itu merupakan bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka, khususnya dalam rangka Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
"Ada yang namanya P5, jadi pembelajaran dilakukan dengan membuat sebuah proyek. Ini bagian dari upaya peningkatan kompetensi anak didik," kata Lasiman.
Sementara itu, berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022, P5 ini adalah kegiatan kokurikuler berbasis proyek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi. Juga sebagai upaya mewujudkan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Penerapan P5 ini didasarkan pada kebutuhan masyarakat atau permasalahan di lingkungan satuan pendidikan. Artinya, para pelajar diajak untuk belajar dari lingkungan sekitarnya.
"Selain menggelar praktikum pernikahan, kami juga menggelar praktikum pemulasaraan jenazah. Mulai dari memandikan, menyolatkan hingga proses pemakaman," kata Lasiman.
Terkait mengapa praktikum pernikahan digelar dengan dua pengantin perempuan, Lasiman mengaku, itu adalah ide anak didiknya saat ditugasi melakukan praktikum proyek pernikahan ini.
"Nah jadi memang itu anak-anak yang mengkonsep. Pada H-2 kami guru-guru baru tahu ternyata ada du pengantin perempuan," kata Lasiman.
Saat itu anak-anak menyusun skenario pernikahan antara seorang pria dengan dua perempuan adik kakak.
"Ketika itu anak-anak diberi pemahaman oleh guru agamanya, bahwa tidak boleh menikahi perempuan adik kakak. Akhirnya diubah ceritanya menjadi seorang pria menikah dengan dua perempuan saudara sepupu," kata Lasiman.
Praktikum pernikahan pun akhirnya digelar di lapangan sekolah oleh siswa-siswi, sementara guru-guru hanya menyaksikan. Kegiatan berlangsung sukses.
Namun demikian, Lasiman mengakui kendati model pernikahan poligami itu tak melanggar aturan agama maun aturan negara, namun tetap saja memicu pro kontra. "Ya mungkin kearifan lokal di masyarakat kita tak bisa menerima itu," kata Lasiman,
Dia mengaku, meminta maaf atas kekeliruan atau kesalahan persepsi yang terjadi di masyarakat akibat video praktikum tersebut. "Tentu kami meminta maaf seandainya menimbulkan ketidaknyamanan atas video itu," kata Lasiman.
(mso/mso)