Hancurnya Dermaga Sungai Cikeruh Majalengka Akibat Banjir Dahsyat

Lorong Waktu

Hancurnya Dermaga Sungai Cikeruh Majalengka Akibat Banjir Dahsyat

Erick Disy Darmawan - detikJabar
Senin, 08 Jan 2024 08:00 WIB
Jembatan Cikeruh lama
Jembatan Cikeruh lama (Foto: Istimewa)
Majalengka -

Banjir dahsyat pernah terjadi di Kabupaten Majalengka. Dermaga Sungai Cikeruh hancur diterjang banjir dahsyat.

Seperti yang dikabarkan Koran Batavia, banjir tersebut terjadi pada 1933. Dalam surat kabar, Banjir tersebut telah meluluhlantakkan jembatan Cikeruh. Diketahui, jembatan tersebut saat ini berlokasi di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka.

"In Madjalengka. Wij vernemen, dat tengevolge van den zwaren regenval in Madjalengka overstroomingen een deel van het gebied hebben geteisterd. De 'brug over de Tjikcroc is gedeeltelijk weggeslagen ; bij de desa Tjitjesong, vlak bij Madjalengka gelegen, is de rivier Tjiawi buiten haar oevers getreden," tulis Koran Batavia yang terbit pada 13 Februari 1933.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di Madjalengka. Kita dengar, akibat curah hujan yang tinggi di Madjalengka, banjir melanda sebagian wilayah. Jembatan di atas Tjikcroc (Cikeruh) sebagian tersapu; Di desa Tjitjesong (Cigasong) yang terletak dekat Madjalengka, sungai Tjiawi (Ciawi) sudah meluap," translate dari bahasa Belanda ke Indonesia.

Akibat musibah tersebut 1 rumah roboh dan menelan korban jiwa sebanyak 5 orang. Namun, dalam koran tersebut tidak dijelaskan detail kenapa banjir tersebut bisa meluap hingga menimbulkan korban jiwa dan kerusakan beberapa bangunan.

ADVERTISEMENT

"Verscheidene huizen werden beschadigd, terwijl een woning instortte. Vijf menschcn zijn omgekomen! Nadere bijzonderheden ontbreken voorshands," terangnya.

"Beberapa rumah rusak, satu rumah roboh. Lima orang telah tewas! Rincian lebih lanjut saat ini masih kurang," dalam terjemahan.

Penikmat sejarah sekaligus Ketua Gruop Madjalengka Baheula (Grumala) Nana Rohmana membenarkan peristiwa yang pernah terjadi puluhan tahun lalu itu. Naro (sapaan akrab) menyebut, banjir tersebut sejatinya menerjang jembatan lama.

Seperti yang diketahui jembatan vital yang menghubungkan wilayah Kecamatan Majalengka-Rajagaluh itu saat ini sudah dipindahkan sejak peristiwa tersebut. Jembatan lama itu, sebelumnya berada di sebelah selatan jembatan baru.

"Betul pernah terjadi banjir besar pada tanggal 13 September 1933 yang meluluh lantakan jembatan pertamanya. Jembatan Cikeruh lama berada di sebelah selatan jembatan Cikeruh baru. Masih tersisa tiang dan pondasinya," kata Naro kepada detikJabar, Selasa (2/1/2024).

"Selain menyeret jembatan lama, luapan sungai Cikeruh juga mengakibatkan hancurnya dermaga sungai Cikeruh," sambungnya.

Jembatan yang sempat dihantam banjir itu sebenarnya sempat dibangun sementara pada 1934. Namun pada tahun 1999, jembatan itu dibangun ulang sekaligus dipindahkan dengan alasan keselamatan dan agar menjadi lebih luas.

"Jembatan dibangun lagi (jembatan sementara) tahun 1934 setelah banjir besar pada tahun 1933. Terus tahun 1999an, dibangun jembatan baru yang dipakai hingga saat ini. Yang tahun 1934 kurang luas kalau papas-papasan mobil harus gantian," ujar Naro.

Disampaikan Naro, sungai Cikeruh sendiri dulunya merupakan sebuah jalur transportasi air. Di sana, dulunya ada dermaga sungai yang berfungsi untuk membawa kayu dan lain sebagainya.

"Dulunya (sungai Cikeruh) sebagai jalur lalu lintas air, seperti Cimanuk. Jaman Pemerintahan Tradisional kemudian jaman VOC dan Kolonial Belanda sungai Cikeruh dijadikan jalur transportasi air dan pengangkutan kayu jati," ucap Naro.

"Di jalur sungai Cikeruh terdapat banyak gudang kopi dan pelabuhan sungai. Menurut keterangan berita Belanda yang didapat dari Om Alam juga bahwa di sekitar jembatan lama terdapat sebuah dermaga sungai yang berfungsi untuk membawa kayu-kayu dari hutan dan dibawa ke daerah hilir yang kemudian diangkut ke berbagai daerah, keterangan soal dermaga sungai Cikeruh ini juga pernah dilontarkan oleh Prof Tatang Mangunwijaya," jelas dia menambahkan.

Seperti yang diketahui, jalur lalu lintas air di sungai Cikeruh saat ini sudah tidak ada. Tidak aktifnya jalur transportasi air itu diduga akibat banjir dahsyat 1933.

"Kemungkinan jalur lalu lintas sungai Cikeruh tidak aktif lagi setelah banjir besar karena dermaganya tidak dibangun lagi dan keadaan sungai sudah mengalami pendangkalan," terang Naro.

Keberadaan dermaga di sungai Cikeruh juga ada hubungannya dengan dua nama desa di sekitar Cikeruh. Desa Palabuan dan Tenjolayar adalah dua desa yang namanya identik dengan Cikeruh.

Desa Palabuan sendiri berada di Kecamatan Sukahaji, sedangkan Tenjolayar merupakan desa yang berada di wilayah Kecamatan Cigasong. Kedua desa tersebut jaraknya diperkirakan sekitar 4,9 Km.

"Keberadaan lalu lintas sungai Cikeruh ini mungkin ada hubungannya dengan nama-nama daerah di sekitar sungai Cikeruh, misalnya nama desa Palabuan dimana dekat dengan dermaga sungai yang tadi disebutkan. Kemudian nama desa Tenjolayar yang berada agak jauh dari sungai, mungkin dulunya terlihat hanya layar perahunya saja yang melewati sungai Cikeruh," jelas dia.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads