Sesar Cileunyi-Tanjungsari disebut sebagai penyebab terjadinya gempa M 4,8 yang terjadi di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, pada 31 Desember 2023 pukul 20.34 WIB kemarin. Gempa akibat aktivitas Sesar Cileunyi-Tanjungsari ini mengakibatkan 1.004 unit rumah dilaporkan rusak.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan menjelaskan, tim tanggap darurat dari Badan Geologi telah turun ke lokasi untuk melakukan penyelidikan Geologi terhadap dampak maupun penyebab gempa.
Penyelidikan kata Hendra dilakukan di Kampung Babakan Hurip, Sumedang, dan menghasilkan beberapa bukti terkait penyebab gempa. Menurutnya penyebab gempa mengarah adanya patahan pada Sesar Cileunyi-Tanjungsari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Efek Dahsyat Gempa yang Mengguncang Sumedang |
"Ditemukan bahwa bukti-bukti lapangan mengarah ke arah Patahan Cileunyi-Tanjungsari. Kemungkinan teraktivasi," kata Hendra, Rabu (3/1/2024).
Menurut data Badan Geologi, Sesar Cileunyi-Tanjungsari merupakan sesar mendatar mengiri di mana sebarannya mulai dari selatan Desa Tanjungsari menerus ke timur laut hingga lembah Sungai Cipeles, dan nilai laju geser berkisar antara 0,19 - 0,48 mm/tahun.
Hendra juga menyebut, keberadaan dan aktivitas Sesar Cileunyi-Tanjungsari bukanlah patahan baru. Menurutnya Badan Geologi sudah pernah mempublikasikan terkait Sesar Cileunyi-Tanjungsari pada tahun 2020.
"Itu sudah dipublikasikan dari 2020 oleh tim publikasi di Badan Geologi," ujarnya.
Badan Geologi juga mencatat bahwa wilayah Kabupaten Sumedang pernah mengalami kejadian gempa bumi merusak pada tahun 1972. Selain itu juga terjadi gempa yang menimbulkan kecemasan pada 2010 di daerah Tanjungsari dan gempa M2.7 pada 2022.
Sementara dalam unggahannya di akun media sosial X, Kepala Pusat Gempabumi Badan Meteorologi, Klimatiologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengungkapkan, gempa M 4,8 di Sumedang terjadi setelah adanya dua kali gempa sebelumnya.
"Minggu, 31 Desember 2023 Sumedang diguncang rentetan 3 gempa dirasakan, yaitu (1) gempa M 4,1 kedalaman 7 km pukul 14.35 WIB, (2) gempa M 3,4 kedalaman 6 km pukul 15.38 WIB, dan (3) gempa M 4,8 kedalaman 5 km pukul 20.34 WIB," kata Daryono dikutip detikJabar, Rabu (5/1/2024).
Daryono menjelaskan, jika memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa Sumedang merupakan jenis gempa dangkal yang dipicu aktivitas sesar aktif dan episenternya terletak persis di Kota Sumedang.
"Lokasi 3 episenter Gempa Sumedang terletak berdekatan dengan jalur Sesar Cileunyi-Tanjungsari sehingga Gempa Sumedang ini diduga sebagai terusan dari Sesar Cileunyi -Tanjungsari," jelas Daryono.
Daryono juga menuturkan, berdasarkan peta seismisitas tahun 2008-2023, Kabupaten Sumedang termasuk area dengan tingkat seismisitas rendah atau daerah yang jarang terjadi gempa bumi.
Lebih lanjut kata dia, telah terjadi tujuh kali rentetan gempa di Kabupaten Sumedang terhitung sejak 31 Desember 2023 hingga 2 Januari 2024 siang hari. Dia juga menuturkan, gempa kemungkinan masih akan terjadi.
"Inilah 7 rentetan gempa Sumedang sejak 31 Des 2023 hingga siang ini 2 Januari 2024: M4.1 M3.4 M4.8 M2.9 M2.4 M4.5 dan M2.7. Tampaknya gempa ini masih akan terjadi. Jika aktivitas semacam ini menerus maka bisa jadi menjadi tipe 'Swarm Earthquake'," ucap Daryono.
Namun, Dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Dr. Ir. Ismawan, menyebut, gempa Sumedang kemungkinan terjadi bukan karena aktivitas Sesar Cileunyi-Tanjungsari. Menurutnya tiga lokasi episentrum gempa di Sumedang berada jauh dari ujung timur laut sesar Cileunyi-Tanjungsari.
Ismawan juga menganalisis, jika melihat dari focal mechanism gempa bumi yang terjadi, diperkirakan arah sesar yang terlihat relatif dari barat ke timur. "Sehingga kalau dibandingkan dengan sesar Cileunyi-Tanjungsari, itu arahnya berbeda," katanya dalam keterangan tertulis.
Dengan demikian, kemungkinan penyebab gempa bumi yang terjadi di Sumedang kata Ismawan adalah akibat aktivitas sesar yang belum diketahui. Selain itu, melihat lokasi episentrum gempa bumi yang berada di wilayah pusat kota Sumedang, Ismawan mengatakan bahwa lokasi ini sebelumnya belum pernah terjadi gempa bumi.
"Ini harus dilakukan penelitian lebih jauh. Pemda dan ahli geologi harus menjelaskan ini sesar apa. Kalau sesar baru dia arahnya dari mana sampai di mana," jelasnya.