Kebersamaan dan sikap toleransi umat Islam serta Kristen di Kampung Palalangon, Desa Kertajaya, Kecamatan Ciranjang, Cianjur ternyata sudah terbangun sejak masa penjajahan. Kedua kelompok tersebut bersama-sama berperang demi kemerdekaan Indonesia.
Bahkan kala itu terbentuk divisi khusus dari pemuda Kristen di Laskar Hizbullah yang notabene merupakan pasukan pejuang dari kelompok Muslim di Cianjur.
Sejarawan Cianjur Hendo Jo mengungkapkan, berdasarkan catatan sejarah, ketika Laskar Hizbullah Ciranjang pertama kali didirikan pada Februari 1946, orang-orang Kristen Palalangon turut memberikan bantuan berupa dua ekor kuda dan mesin tik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di bawah pimpinan pendeta Empi, masyarakat Kristen di Palalangon memberikan sumbangan berupa kuda tunggangan dan mesin tik untuk staf administrasi laskar kaum Muslim. Bantuan itu tentu bermanfaat besar bagi mobilitas dan penyelesaian soal administrasi kesatuan laskar Hizbuyllah cabang Ciranjang tersebut," ungkap Hendi.
Bahkan, lanjut dia, salah satu tokoh Kristen Palalangon menjadikan rumahnya sebagai markas Laskar Hizbullah Ciranjang. "Bukan hanya sumbangan kuda dan mesin tik, ada juga yang rumahnya dijadikan markas laskar. Karena memang rumahnya besar saat itu," kata dia.
Menurutnya hubungan baik dan persatuan umat Islam-Kristen di Palalangon membuat mereka berdampingan berjuang bersama untuk kemerdekaan.
Hendi mengungkapkan, kekompakan dalam perjuangan itu bahkan menorehkan catatan sejarah yang sekaligus perwujudan toleransi umat beragama, dimana terbentuk divisi khusus dari orang Kristen di Laskar Hizbullah yang tidak lain kelompok pejuang muslim.
"Laskar Hizbullah itu kelompok pejuang muslim. Tetapi kerukunan dan kekompakan masyarkat palalangon kala itu, membuat orang-orang dari agama berbeda berjuang bersama hingga memang dibuat divisi khusus yang diisi oleh orang kristen di Laskar Hizbullah," kata dia.
Kadus 3 Kertaluyu Desa Kertajaya Yunarta, mengatakan kakeknya merupakan bagian dari divisi Kristen di Laskar Hizbullah. Menurutnya kala itu, masyarakat muslim dan nasrani di Palalangon memiliki satu tujuan yang sama yakni merdeka.
"Iya kakek saya terlibat menjadi divisi orang kristen di laskar muslim. Cerita kakek saya, antara umat tersebut tidak lagi melihat latar belakang agama, sebab mereka bersatu dengan tujuan yang sama, yakni merdeka dari penjajahan," kata dia.
Menurut dia, saat ini masyarakat Palalangon juga tetap melestarikan sikap toleransi para pendahulunya.
"Kita sampai sekarang tetap rukun di sini. Dipersatukan oleh budaya, hubungan keluarga, dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia. Perbedaan di sini tidak jadi perdebatan tapi satu kerukunan yang indah," pungkasnya.
(mso/mso)