Namanya Sugiyem, atau dikenal juga dengan panggilan Sugiarti. Ia seorang pendidik yang berhenti mengabdi karena sakit. Padahal keinginannya masih bulat, ingin terus mengabdi sebagai guru.
Perempuan 60 tahun itu terserang penyakit gula atau diabetes dan asam urat. Sehari-harinya, ia hanya menghabiskan waktu bersama sang suami, Waluyo (72).
"Mulai mengajar di sekolah dasar tahun 1982, lalu berhenti karena sakit di tahun 2022, jadi genap 40 tahun saya mengajar," kata Sugiyem didampingi suaminya, Senin (18/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sugiyem adalah salah satu pejuang pendidikan di Desa Mekarasih, Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi. Ia bercerita di tahun 1980-an jumlah tenaga pendidik di wilayah itu masih sedikit.
"Keadaan waktu itu di Desa Mekar Asih, guru masih sedikit. Tidak seramai sekarang, jadi begitu (pindah) dari Jawa (Jawa Tengah) ke sini langsung mengajar," ujarnya.
Meskipun berdiam diri di rumah, jiwa sebagai pendidiknya masih meronta-ronta. Terlebih tidak sedikit anak-anak SD yang datang sekadar menimba ilmu di kediamannya. Semacam memberikan pelajaran ekstra di luar sekolah.
"Kalau ada anak sekolah ke sini datang, mereka katanya suka kasihan kadang suka memberi semangat. Saya berikan bimbingan pelajaran tambahan," lirihnya.
Sugiyem sesekali mengurut kedua kakinya, lalu menyasar memegang pinggangnya. Tatapan matanya menerawang, mengingat kiprahnya sebagai seorang guru.
"Waktu pertama kali itu hanya dibayar pakai korek api, istilahnya begitu ya dulu nggak ada gaji satu anak satu korek api. Sampai terakhir juga status saya honorer dari Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu," ungkapnya.
"Kalau yang barengan saya sudah ada yang ASN sudah ada yang P3K. Mau bagaimana lagi, saya pasrah saja karena tujuan saya hanya ingin mencerdaskan anak-anak di desa ini dari dulu juga," tambahnya.
Dengan suaminya Waluyo, Sugiyem memiliki 3 anak. Dua laki-laki sudah berkeluarga dan satu perempuan masih bekerja. Ia menopang kebutuhan sehari-hari dengan seadanya.
Mimpi Sugiyem hanya ingin sembuh dari sakit. Sakit gula kering dan asam urat terkadang membuatnya tidak sanggup untuk beraktivitas sehari-hari. Semakin hari menurutnya berat badannya terus berkurang.
"Harapan saya hanya ingin berobat, ingin sembuh lalu kembali mengajar kembali lagi di dunia pendidikan, bertemu anak-anak. Selama sakit, dari dinas pendidikanenggak ada yang datang sekadar menengok, syukur-syukur bisa membantu pengobatan," pungkasnya.
(sya/sud)