Saluran irigasi yang mengairi beberapa perkampungan di Kampung/Desa Citarik, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi jebol. Alhasil, saluran air yang kerap digunakan warga itu pun kering kerontang.
Dilihat detikJabar, saluran irigasi tersebut dibuat secara mandiri oleh warga menggunakan peralatan seadanya. Penopang kayu, tumpukan batu dilapisi tanah membentang melintasi beberapa perkampungan.
"Bisa dibilang ini satu bulan tiga kali pasti rusak, akhirnya warga gotong royong lagi untuk perbaikan. Apalagi kalau hujan, pasti jebol lagi begitu saja terus jebol perbaiki jebol perbaiki," kata Hamam, tokoh masyarakat Citarik kepada detikJabar, Senin (11/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hamam mengungkap, saluran irigasi bersumber dari Cicatih, Ubrug. Dari hulu aliran air besar itu kemudian dialihkan ke Cikadu, selain ke pesawahan juga masuk ke permukiman.
"Ini kering sudah dua minggu saat hujan, dibiarkan begini kering. Warga sudah sering mengajukan mengadu ke desa, dinas dan pemerintah daerah laporan, tapi belum ada tanggapan," ujarnya.
"Irigasi ini mengairi Kampung Nagrog, Gadog, Cipicung, Lio, Sindangrasa, Cisaat, sampai ke bawah ke Cimandiri buangannya. Pengairan satu desa untuk keperluan pengairan sawah, kebutuhan mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya," tambah Hamam.
Hamam khawatir, ketika saluran irigasi itu dibiarkan tanpa penanganan. Maka warga akan kesulitan mendapatkan akses air untuk keperluan mereka.
"Kalau ini satu minggu enggak ada air masyarakat bakal benar kesulitan. Harapan masyarakat kemarin ngobrol sama pak RT ini ingin dibangun yang benar, kira-kira harus seperti apa, apakah di cor di tembok pakai paku bumi atau bagaimana, kalau batu-batu ditumpukin seperti ini enggak bakalan bener, kena hujan hancur lagi itu," ungkapnya.
Mengairi Ribuan Hektar Sawah
Kepala Desa Citarik, Ujang Somantri mengatakan kondisi irigasi tersebut memang kerap diadukan warga. Pengajuan juga sudah sering kali diusulkan namun tidak kunjung ada perbaikan.
"Ini sangat urgent ya, karena saya masih baru menjabat saya coba untuk mengusulkan kembali atau mencari cara. Apalagi kondisinya saat ini sudah beberapa lama tidak teraliri air, ada ribuan hektar sawah warga yang terancam tidak mendapatkan air," jelas Ujang.
Ujang mengatakan kebutuhan perbaikan sekitar 12 meter. Kondisi itu berada di titik yang memang jebol karena tergerus aliran sungai.
"Kebutuhan perbaikan awal sekitar 12 meter, itu di titik utama yang jebol. Mudah-mudahan dengan perbaikan nantinya tidak ada lagi persoalan krisis air di irigasi," pungkas Ujang.
(sya/dir)