Operasi pencarian dan penyelamatan atau search and rescue (SAR) terhadap puluhan pendaki Gunung Marapi, Sumatera Barat (Sumbar) telah ditutup. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengatakan, selain para pendaki, tak ada warga masyarakat sekitar yang terdampak, sehingga status tanggap darurat tak diterapkan.
"Status tanggap bencana tidak ada di Marapi karena itu tadi pendaki yang naik. Tidak ada masyarakat yang terdampak," kata Suharyanto kepada detikJabar saat meninjau lokasi bencana pergerakan tanah di Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, Kamis (7/12/2023).
Dia mengatakan, total ada 75 korban erupsi Gunung Marapi alias pendaki yang ditemukan tim SAR. Rinciannya, 52 pendaki dinyatakan selamat dan 23 lainnya meninggal dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Marapi sekarang sudah ditemukan semua dari 75 itu 52 selamat, 23 meninggal. Memang di sana kan yang domainnya adalah pencarian pertolongan karena secara dampak dari erupsi itu tidak mengenai masyarakat," ujarnya.
"Jadi Marapi seperti itu tapi titik berat di sana Basarnas yang melakukan pencarian dan pertolongan tapi dampak bencana secara keseluruhan BNPB juga mengirimkan tim dan bantuan," sambungnya.
BNPB sendiri telah menetapkan batas aman dari darurat erupsi Gunung Marapi yaitu radius tiga kilometer. Warga di lereng gunung pun sudah beraktivitas normal meski Gunung Marapi masih mengeluarkan abu vulkanik.
Dia juga berbicara mengenai relokasi warga yang berdekatan dengan daerah-daerah bencana. Suharyanto mencontohkan kasus erupsi Gunung Semeru pada 4 Desember 2021 yang mengakibatkan korban jiwa sebanyak 57 orang.
"Seperti contoh kalau Semeru kan memang itu hancur. Semeru itu contoh relokasi tahun 2021 Desember ada 57 yang meninggal. Kemudian kita pindahkan 1.951 kepala keluarga ke tempat baru. Desember 2022 sama terjadi erupsi tapi alhamdulillah tidak ada yang meninggal karena masyarakat yang di daerah bahaya sudah dipindahkan. Ini namanya relokasi," tutupnya.
(orb/orb)