Kasus COVID-19 di Indonesia menurut catatan Kementerian Kesehatan RI meningkat sebanyak 80 persen. Hal ini tentu membuat masyarakat kembali waspada, tak terkecuali di Kota Bandung.
Menurut catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, belum ada penambahan kasus COVID-19 yang signifikan. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung, Ira Dewi Jani juga mengatakan kini pengawasan virus ini tak lagi seketat dulu.
"Di Kota Bandung sama seluruh daerah lain memang semenjak dinyatakan endemi itu kita udah enggak bikin lagi laporan harian. Sampai hari ini sih kita belum melalui laporan ada kasus COVID-19 lagi. Iya mudah-mudahan enggak ada yang positif lagi, dibanding yang dulu. Dari Januari boleh dikatakan sampai sekarang kami belum menerima laporan pasien COVID-19," kata Ira, dihubungi detikJabar, Kamis (7/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya bisa begitu (karena tidak ada yang swab), tapi kalau memang dari secara klinis kecurigaan kan kami ada surveillance, itu memang dilakukan swab tapi sampai hari ini belum ada yang hasilnya menunjukkan ke arah positif COVID-19, paling influenza aja," lanjutnya.
Namun tak hanya COVID-19 yang mulai diwaspadai, ada punya Pneumonia. Kemenkes RI melaporkan ada 6 kasus anak terinfeksi bakteri Mycoplasma Pneumoniae di DKI Jakarta. Bakteri inilah yang disebut-sebut menjadi pemicu merebaknya penyakit pernapasan pneumonia 'misterius' di China saat ini.
Bakteri ini sebenarnya bukan hal baru di Indonesia, bahkan dengan gejala yang relatif ringan. Ira pun memastikan bahwa setiap puskesmas di Kota Bandung melakukan pengecekan saat pemeriksaan terutama pada anak balita.
"Jadi melalui pemeriksaan Manajemen Terpadu Balita Sehat (MTBS), upaya perbaikan manajemen penatalaksanaan terhadap penyakit seperti pneumonia, diare, campak, dan lain-lain. Pada pneumonia dicek dengan menghitung nafas cepat untuk anak usia balita. Itu sebagai deteksi dini," ujar Ira.
Pengecekan lebih intensif pada balita, sebab dalam kasus penyakit ini memang lebih banyak ditemukan penderita usia balita. Maka Ira mengatakan, sebagai upaya pencegahan, balita diberikan vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) sebagai bahian dari imunisasi dasar rutin yang dilakukan di Kota Bandung.
"Vaksin itu bisa didapatkan secara gratis di puskesmas yang ada di Kota Bandung. Jadwal pemberian imunisasinya tergantung dari masing-masing puskesmas. PCV kita kasih 3 dosis, jadi mulai dari usia 2 bulan, 3 bulan, dan 12 bulan. Jadi kayak kita imunisasi polio, DPT. Sudah dari tahun 2022 kemarin udah jalan," tutur Ira menjelaskan.
Imunisasi dasar ini serupa dengan vaksin diarr yang diberikan 3 dosis yakni untuk anak usia 3, 4, dan 5 bulan. Ia pun menjelaskan vaksin pneumonia juga tersedia untuk orang dewasa, hanya saja belum jadi program pemerintah sehingga masih bersifat private atau berbayar.
Meski belum ada penambahan kasus COVID-19 dan antisipasi pneumonia pun sudah dilakukan, Ira mewanti-wanti agar masyarakat terus menerapkan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat). Serta perlu ada penyebab dan gejala yang harus diantisipasi terutama oleh para orang tua.
"Kalau penyebab radang paru-paru itu banyak banget ya, bisa bakteri, virus, itu butuh pemeriksaan lebih lanjut. Kita lebih waspadai ke anak balita ya, kalau misalnya ada demam yang disertai batuk pilek, lebih baik cepat datangi faskes terdekat. Karena orang tua kan bingung bagaimana cara menghitung nafas anak, atau anaknya lagi nangis. Kita juga perlu waspada dengan ISPA karena cuacanya kan memang lagi kurang baik," kata dia.
"Selain itu pakai masker itu ngaruh, kan memang saat perpindahan dari pandemi ke endemi, kalau kita kurang sehat atau tetap harus menggunakan masker ya. Kita masih anjurannya PHBS dan boleh lepas masker asal sehat. Kalau misalnya lansia, punya komorbid atau lagi sakit, itu memang dianjurkan menggunakan masker. Jangan lupa rajin cuci tangan dan jaga kesehatan," pesan Ira.
Selain itu Sekretaris Daerah Kota Bandung, Ema Sumarna juga mengimbau hal serupa. Katanya, masyarakat memang tidak perlu khawatir tetapi harus tetap waspada.
"Terinformasikan pandemi kembali meningkat di beberapa negara. Saya mengimbau kalau merasa kondisi kurang fit maka masker menjadi suatu kewajiban. Bahkan untuk antisipasi, mari kita budayakan bermasker apalagi berpotensi dalam kerumunan," kata Ema.
"Kita belajar cukup lama 2-3 tahun, ini hanya kesadaran bagaimana kita menjaga diri kita, dan lingkungan kita. Kalau kondisi sedang sakit, jaga jarak kembali kita lakukan," ucap Ema.
Baca juga: Uang Jadi Penyebab Pembunuhan Tuti-Amel |
Ia juga mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan dengan olahraga dan makan makanan bergizi. Ema berharap, Covid-19 tidak mengalami peningkatan di Indonesia khususnya di Kota Bandung.
"Mudah-mudahan tidak terjadi (peningkatan kasus COVID-19) walaupun warning dari Kemenkes sudah ada," kata dia.