Renovasi Gedung Isola UPI Dipersoalkan

Renovasi Gedung Isola UPI Dipersoalkan

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Selasa, 05 Des 2023 18:11 WIB
Gedung Isola UPI di Bandung.
Gedung Isola. (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)
Jakarta -

Kota Bandung mendapat banyak warisan gedung bersejarah dari jaman penjajahan Belanda. Salah satunya ialah Gedung Isola atau Villa Isola. Gedung putih yang cantik bernuansa art deco ini terletak di Jalan Dr Setiabudhi Nomor 229, Sukasari, Isola, Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat.

Saat ini, mungkin masyarakat Bandung mengenalnya sebagai Gedung Rektorat Isola Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Gedung ini pun termasuk cagar budaya golongan A, sehingga keasliannya wajib terjaga. Namun, pihak UPI melakukan renovasi gedung yang terdapat banyak perombakan.

Sekadar diketahui, bangunan cagar budaya terbagi menjadi tiga golongan yakni A, B, C, dan D. Dalam laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, hal ini ditentukan dari segi sejarah dan arsitek­turnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Golongan A adalah bangunan bersejarah yang sangat baik nilai arsitekturnya. Bangunan tersebut tidak boleh ditambah, diubah, di­bongkar, atau dibangun baru.

Francis B Affandi, pendiri Bandung Heritage, mengaku kecewa saat melihat kondisi Gedung Isola yang diperkirakan bakal selesai renovasi pada Januari 2024 itu. Ia mengkritisi mengapa disebutkan renovasi tersebut adalah upaya pemeliharaan, padahal pemeliharaan tidak seharusnya mengubah elemen bagian dalam gedung.

ADVERTISEMENT

"Saya punya file dokumentasi bagaimana wujud Gedung Isola tahun 1934 dan itu sudah banyak sekali berubah. Selama 40 tahun saya tinggal di Indonesia, saya awalnya percaya bahwa bangunan bersejarah akan dijaga dengan baik sesuai undang-undang, tapi nyatanya sangat banyak yang diubah, jadi saya kaget saat ke sini. Saya tidak bisa sebutkan berapa persen yang diubah, tapi sangat banyak," kata Francis dengan bahasa Inggris, Selasa (5/12/2023).

Gedung Isola UPI di Bandung.Desain Gedung Isola UPI di Bandung. (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)

Gedung ini merupakan karya dari arsitek CP Wolff Schoemaker pada tahun 1932. Bangunan ini bahkan menjadi satu-satunya bangunan modern pada zaman itu. Sebab pertama kalinya menggunakan metode pembangunan dengan beton, bukan batu bata biasa.

Francis terlihat mengetuk-ngetuk setiap dinding bangunan. Pada lantai dua gedung ini, dibangun banyak sekat untuk dibuat ruangan-ruangan. Namun, menggunakan drywall atau papan tipis yang berfungsi sebagai dinding dan terbuat dari gypsum. Ia pun langsung menggelengkan kepalanya.

"Tadi saya tanya, kenapa dindingnya ada materi yang berubah? Katanya karena lembap, tapi drywall itu bukan solusi. Kemudian lantai ini nyaris semuanya sudah diubah, langit-langit pun semuanya sudah lebih rendah, ini karena AC. Itu lah masalahnya, jadi mereka harus membuat ruangan ini serba tertutup," kritik Francis.

"Kenapa disebut pemeliharaan? Kalau dirawat itulah pemeliharaan, kalau banyak yang diganti ini namanya pemugaran," lanjutnya.

Sementara itu Tubagus Adhi selaku Bidang Jaringan dan Kerjasama Bandung Heritage, melihat renovasi bangunan ini tak berdasarkan studi tim ahli. Seperti kondisi cat yang tak sesuai standarnya, sehingga nantinya akan terlalu banyak renovasi dalam jangka waktu yang singkat.

"Jadi kelasnya memang kelas A. Baiknya melakukan studi cagar budaya yang lebih lanjut, yang lebih signifikan. Dalam UU Cagar Budaya ada tiga yang diatur yakni keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan atau teknik pengerjaan. Jadi perlu ada studi bahan, kemudian penyelesaian estetikanya juga utility (kegunaan) harus diperbaiki lagi," ucap Adhi.

Namun, para pegiat bangunan cagar budaya ini khawatir jika perombakan dilakukan terus-menerus dan terlalu banyak. Kini, pihak Bandung Heritage menyarankan agar studi lebih lanjut dilakukan menggunakan pedoman dokumentasi bangunan Gedung Isola yang lama.

"Nanti yang sudah terlanjur direnovasi atau ditambahkan itu bisa tetap berdiri. Tidak perlu dikembalikan seperti semula, tapi untuk pemeliharaan bagian gedung lainnya itu perlu ada studi khusus supaya bisa menggunakan bahan yang sesuai. Kalau ini kan nanti cat akan kembali lembab, kembali hitam, dll. Jadi memang lebih baik gunakan bahan kualitas baik tapi tidak renovasi lagi untuk dua tahun ke depan gitu istilahnya," ujar Adhi menjelaskan.

Gedung Isola UPI di Bandung.Bagian dalam Gedung Isola UPI di Bandung. (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)

Respons Pihak UPI

Tenaga Ahli Sarana Prasarana UPI Purno menanggapi saran dan kritik dari pihak Bandung Heritage. Ditemui bersama para pegiat cagar budaya di Gedung Isola, ia menyampaikan urgensi pendingin ruangan ini berkaitan dengan perubahan iklim dan zaman. Sehingga dampak perubahan suhu pun tidak bisa dihindari.

"Memang kalau desainnya, ini tanpa pendingin. Tetapi sesuai dengan perubahan cuaca yang ada sekarang, bisa dibayangkan. Walaupun Bandung terkenal dingin, kalau jam 10.00-11.00 WIB itu panas. Seperti kemarin saat kemarau panjang, bukan apa-apa ya, rasa nyaman itu memang diperlukan dengan adanya ruang AC," kata Purno.

Seperti diketahui, gedung putih yang cantik bernuansa art deco ini terletak di Jalan Dr Setiabudhi Nomor 229, Sukasari, Isola, Bandung, Kota Bandung. Saat ini, mungkin masyarakat Bandung mengenalnya sebagai Gedung Rektorat Isola Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Purno pun menambahkan bahwa lingkungan Jalan Setiabudi sekarang tak lagi sejuk. Hal ini dikatakan olehnya sebagai dampak dari padatnya kendaraan di sekitar UPI. Sehingga menurutnya, rancangan bangunan karya Wolf Schoemaker ini memerlukan penyesuaian kembali.

Namun, sebagai perwakilan dari UPI, Purno menyampaikan terima kasih dan akan melakukan diskusi lebih lanjut terkait renovasi gedung. Ia pun memastikan pihaknya akan berkomunikasi agar bisa menjaga pemeliharaan gedung cagar budaya dengan maksimal.

Gedung Isola UPI di Bandung.Gedung Isola UPI di Bandung. (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)

"Terima kasih karena pihak Bandung Heritage sudah menyaksikan bagaimana pelaksanaan renovasi ini. Kami berharap mungkin nanti ke depannya bisa menyesuaikan hal-hal yang berkaitan dengan masalah pelaksanaan renovasi. Baik mungkin nanti di dalam hal catatan, tata cara melakukan renovasi, kami nanti akan lebih banyak berkomunikasi dengan Pak Adhi, supaya nanti lebih tahu langkah-langkah yang lebih cepat," ucap Purno.

Ia pun memohon maklum jika ada beberapa ruang Gedung Isola yang disesuaikan untuk kebutuhan perkantoran. Menurutnya, hal ini tetap dibutuhkan untuk fungsional Kantor Rektorat UPI.

Meski begitu, Purno menyampaikan UPI memiliki komitmen untuk menjaga gedung bersejarah Kota Bandung ini agar bisa terpelihara dengan baik dan tidak menyalahi aturan. "Mohon maklum jika tadi ada sekatan dan lain sebagainya. Memang ini secara fungsional jadi lebih baik, meski mungkin secara keaslian mungkin kurang. Itu mungkin hal-hal yang memang harus kita maklumi bersama," katanya.

"Tapi, UPI ingin mempertahankan gedung ini selama-lamanya. Kalau tidak dimanfaatkan ini pasti akan menjadi mubazir dan pasti akan menjadi gedung yang kurang terawat. Maka disinilah berkantor rektor dan wakil rektor, artinya pimpinan tertinggi, dengan harapan bisa menjadi sesuatu yang berpengaruh lebih banyak kepada almamater," pungkas Purno.

(aau/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads