Bencana pergerakan tanah terjadi di Kampung Tegalkaso, Desa Bencoy, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lima rumah dilaporkan mengalami kerusakan, sementara puluhan lainnya terancam terdampak pergerakan tanah.
Pantauan langsung di lokasi, terlihat retakan tanah terjadi di kolam ikan, persawahan hingga rumah warga rata dengan tanah akibat pergerakan tanah. Data yang didapat, sebanyak 48 rumah terdampak dan terancam. Secara rinci, satu rumah rusak berat (roboh), satu rumah rusak ringan, tiga rumah rusak sedang dan 43 rumah terancam.
Karna Suganda (43) warga setempat mengaku was-was akan bencana pergerakan tanah. Dia mengatakan, hingga saat ini belum ada deteksi dini tingkat kerawanan di area terjadinya bencana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau warga kan mengharapkannya gitu, seharusnya kan cepat-cepat lah jadi ada kepastian dan masyarakat nggak waswas lagi. Ini masyarakat harus mengungsi atau tidak, intinya ada kepastian saja," kata Karna, Minggu (3/12/2023).
Dia mengatakan, retak-retak yang terjadi di kampungnya awalnya sedikit namun lama kelamaan semakin membesar. Warga pun, kata dia, tak bisa menutup mata dengan tenang saat malam dan harus siaga saat siang.
"Pasti khawatir, resah, bimbang, apalagi kalau malam ada hujan itu lebih ngeri lagi. Sekarang setiap hari warga berjaga-jaga, setiap malam juga sampai kemarin malam juga, siangnya kan ini roboh (rumah warga) sampai malam jam 03:00 subuh itu warga pada siaga," ujarnya.
Terpisah, Camat Cireunghas Asep Mahmud mengatakan, terkait penanganan bencana pergerakan tanah ini dilakukan secara persuasif. Pihaknya bersama BPBD sudah melakukan pemantauan lokasi bencana sejak Senin (18/11/2023) lalu. Dia meminta agar warga mengungsi sementara.
"Penanganannya kita persuasif kepada warga, lokasi pergeseran tanah ditinggalkan, jangan ditempati, dan jangan terlalu banyak aktivitas gitu, sampai berita ini longsor jangan ada yang menempati," kata Asep.
Asep mengatakan, bencana pergerakan tanah di Cireunghas pernah terjadi pada tahun 1940 dan 1960-an. Di bagian bawah pemukiman warga, kata dia, terdapat saluran air tersembunyi.
"Dan hari ini muncul, ditambah aliran dari pembuangan warga masuk itu tidak di salurkan ke sini tapi langsung ke bawah gitu. (Tata kelola air kurang baik) ya ke depannya mereka minta agar disalurkan melalui paralon dan saluran kontrol bagi penampungan ke warga-warga," ujarnya.
Pihak desa tengah mempertimbangkan tempat penampungan sementara bagi warga yang terdampak dan terancam pergerakan tanah. Selain itu, dia juga sedang mengusahakan kebutuhan air yang mendesak bagi warga kampung tersebut.
"Ya kalau intruksi dari atas harus direlokasi dan di kosongkan warga siap bersedia. Sedang di pikirkan, dalam waktu dekat warga siap menampung pengungsi sementara," tutupnya.
(dir/dir)