Saat Pasukan Terganas Inggris Mati Kutu di Jembatan Cisokan 1946

Lorong Waktu

Saat Pasukan Terganas Inggris Mati Kutu di Jembatan Cisokan 1946

Ikbal Selamet - detikJabar
Minggu, 03 Des 2023 14:30 WIB
Jembatan Cisokan di Cianjur saksi bisi kekalahan telak Pasukan Sekutu
Jembatan Cisokan di Cianjur saksi bisi kekalahan telak Pasukan Sekutu (Foto: Ikbal Selamet/detikJabar)
Cianjur -

Jembatan lama Cisokan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ternyata memiliki cerita panjang perjuangan bangsa Indonesia baik sebelum ataupun setelah kemerdekaan. Bahkan bukan hanya Indonesia, jembatan ini juga jadi saksi sejarah beberapa negara.

Saat ini masyakarat dan pengguna jalan mungkin sebatas mengenal Jembatan Cisokan yakni Jembatan permanen sepanjang lebih kurang 60 meter dan lebar 9 meter yang menghubungkan Kecamatan Ciranjang-Sukaluyu, serta menjadi akses utama Cianjur menuju Bandung.

Namun sebelumnya, jembatan Cisokan berada di Kampung Legok Terong Kecamatan Sukaluyu, dengan panjang sekitar 50 meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau jembatan yang sekarang itu baru, dibangun tahun 1980an. Jembatan yang tua itu yang di Legok Terong. Tapi ada lagi sebenarnya sebelum itu, Jembatan Cisokan di Leuwi Jendral," ungkap Yayat Sunarya (52) atau yang akrab disapa Abah Hatta, Minggu (3/12/2023).

Menurutnya tidak banyak yang tahu tentang sejarah jembatan tersebut, namun para orangtua dahulu kerap menceritakan jika Jembatan Cisokan menjadi saksi sejarah sejumlah peperangan besar.

ADVERTISEMENT

"Ayah saya selalu bercerita kalau di sana sering terjadi perang, baik melawan Belanda dan pasukan Inggris. Bahkan jembatan yang di Leuwi Jendral juga dinamai seperti itu karena katanya sering banyak Jendral di sana," ungkap dia.

Hendi Jo, Sejarawan sekaligus penulis buku Zaman Perang, mengatakan Jembatan Cisokan merupakan akses penting mobilisasi pasukan ataupun logistik di masa penjajahan.

"Jembatan ini menjadi akses utama, baik itu ketika masa penjajahan Belanda, Jepang, hingga di ketika pasukan sekutu (Inggris) datang dengan dilanjut adanya agresi militer Belanda," ungkap dia.

Menurutnya, peperangan besar dengan para penjajah juga kerap terjadi di lokasi tersebut, lantaran tempatnya yang memang strategis dengan tebing di kanan kirinya.

Salah satu peristiwa perang besar yang tercatat dalam sejarah yakni Perang Cisokan yang merupakan bagian dari rangkaian 'Perang Konvoi'.

Bahkan di jembatan itulah pasukan Ghurka yang merupakan bagian dari pasukan Sekutu harus mengalami kekalahan dan mengakui kekuatan pejuang di Kota Santri.

Hendi menyebut terjadi dua kali peristiwa besar di sepanjang perang konvoi pada 1945-1946, pertama terjadi pada 9 sampai 12 Desember 1945 yang berpusat di Bojongkokosan dan kedua terjadi pada 10-14 Maret 1946, dimana tiga balation pasukan Inggris dikepung di Sukabumi dan Cianjur.

Perang itu dipicu kedatangan Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang dipimpin oleh Letnan Jendral Sir Philip Chritison (Inggris) sebagai perwakilan Sekutu, memasuki Indonesia untuk menjalankan misi Internasional melucuti serta memulangkan balatentara Jepang, dan mengirimkan perbekalan serta memulangkan tawanan perang dan interniran atau Allied Prisoners of War and Internees (APWI).

Jembatan Cisokan di Cianjur saksi bisi kekalahan telak Pasukan SekutuJembatan Cisokan di Cianjur saksi bisi kekalahan telak Pasukan Sekutu Foto: Ikbal Selamet/detikJabar

Misi yang seharusnya berjalan damai, sayangnya berubah menjadi medan perang baru bagi tentara Inggris. Perkembangan yang mencemaskan ini tidak terlepas dari peran Belanda yang mendompleng masuk di belakang Sekutu.

Di salah satu pertempuran besar itu, Batalion Jats (termasuk dalam Divisi Ayam Jago) di Sukabumi pada 9-10 Desember 1945, akibat gempuran TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan laskar, membuat harus memberangkatkan pasukan penolong. Mereka terdiri dari pasukan 3/3 Gurkha Riffles yang dikawal sejumlah tank Sherman, panser Wagon dan brencarrier.

Namun,informasi dari markas besar Sekutu yang memerintahkan pengiriman pasukan penolong itu bocor ke pihak Republik. Atas dasar informasi tersebut, Resimen III TKR Sukabumi memerintahkan Bataliton III untuk menghadang konvoi itu mulai dari jembatan Cisokan sampai Gekbrong.

"Sejak itupun pasukannya menyiapkan penyerangan di sepanjang jalan di Cianjur, dari perbatasan dengan Bandung hingga Sukabumi," ujar dia.

Pasukan bantuan yang merupakan pasukan Gurkha yang menjadi tentara 'terganas' Inggris, mengalami perlawanan hebat dari pejuang di perbatasan. Meskipun lolos dari serangan di beberapa lokasi, pasukan tersebut dihadapkan para serangan berikutnya di kawasan Jembatan Cisokan, Ciranjang Cianjur.

Aksi pejuang, tentara, dan laskar pun menjadi mimpi buruk bagi pasukan sekutu. Bahkan tentara Gurkha dari Nepal dan Batalyon Jast serta Patialadari India yang sudah sangat terkenal sebagai mesin perang yang menakutkan, dibuat tidak berdaya menghadapi gempuran pejuang Republik.

Jembatan Cisokan di Cianjur saksi bisi kekalahan telak Pasukan SekutuJembatan Cisokan di Cianjur saksi bisi kekalahan telak Pasukan Sekutu Foto: Leiden Digital Collections

Di jembatan Cisokan banyak prajurit Inggris meregang nyawa akibat serangan pejuang Indonesia dari tebing-tebing bukit sekitar Sungai Cisokan.

"Pasukan Gurkha itu diserang dari atas tebing. Serangan kejutan itu sempat membuat pasukan Gurkha panik. Terlebih mereka juga sulit membidik pejuang yang berada di atas tebing tersebut," kata dia.

Bahkan untuk bisa memukul mundur pasukan pejuang RI, pasukan sekutu meminta bantuan ke markas pusatnya untuk menerjunkan serangan udara. Tetapi, serangan udara itu malah berujung menjadi mimpi buruk berikutnya.

Rencana Pasukan Sekutu mendatangkan bala bantuan dari udara malah berujung petaka bagi mereka sendiri. Para pejuang RI sigap meninggalkan medan pertempuran, sementara itu infanteri Sekutu malah maju mendekat ke koordinat serangan udara.

Alhasil, serangan udara itu malah berujung friendly fires atau serangan kepada pihak Sekutu sendiri dalam pertempuran Ciranjang 1946, yang menewaskan banyak tentara.

"Peristiwa itu pun begitu dikenal dan menjadi kekalahan yang telak bagi pasukan Gurkha. Bahkan peperangan Ciranjang itu banyak tercatat dalam buku sejarah, diantaranya buku Battle of Ciranjang yang secara spesifik menggambarkan situasi peperangan tersebut," kata dia.

Menurut Hendi, dengan catatan sejarah penting tersebut sudah seharusnya Jembatan Cisokan lama dijadikan cagar budaya sebab merupakan bagian penting dari sejarah perjuangan.

"Bukan hanya sejarah Indonesia tapi sejarah dunia. Karena banyak negara yang terlibat dalam situasi perang atau momen bersejarah lainnya di jembatan tersebut," pungkasnya.

(yum/yum)


Hide Ads