Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya akhirnya membongkar bangunan eks Terminal Bus Cilembang, Kota Tasikmalaya, Selasa (21/11/2023) sore. Bupati Tasikmalaya Ade Sugianto secara langsung melakukan simbolis pembongkaran bangunan dengan menggunakan alat berat.
Pembongkaran disaksikan langsung oleh banyak kalangan, mulai dari pejabat Pemkab dan Pemkot Tasikmalaya, tokoh agama dan masyarakat umum. Pembongkaran juga mendapatkan pengawalan ketat dari aparat keamanan gabungan.
Bagi warga Tasikmalaya, terutama yang berusia di atas 30 tahun, Terminal Bus Cilembang di Jalan Ir Djuanda itu memiliki banyak cerita atau setidaknya menjadi landmark ikonik. Sisa-sisa kenangan itu akhirnya dibongkar, diratakan dengan tanah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tamat riwayat terminal Cilembang, sudah tinggal cerita, tidak ada titimangsa lagi," kata Acep (55), warga Kelurahan Cilembang, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya.
Rumah Acep hanya selemparan batu dari bagian belakang terminal. Dia mengenang terminal bus Cilembang dulunya menjadi penopang ekonomi masyarakat sekitar.
"Hampir semua warga usahanya di terminal. Ada yang dagang, ada awak angkutan, WC umum sampai jadi preman juga ada," kata Acep.
Dia sendiri pernah menjadi pedagang kaki lima, berjualan ayam goreng, sop buah dan kopi. "Bertahun-tahun saya jualan, segala macam. Fried chicken pernah, sop buah pernah," kata Acep.
Dia juga terkenang dengan segala dinamika yang terjadi khas lingkungan terminal kala itu. "Rasanya siang malam nggak ada sepinya. Ya namanya terminal zaman dulu. Orang berkelahi rebutan penumpang, orang terlantar kehabisan ongkos, ya macem-macem lah namanya terminal," ungkap Acep.
![]() |
Zeni Amar (45), warga Singaparna, mengaku punya kenangan dengan terminal bus Cilembang. "Saya kan sekolah dari Singaparna ke Kota Tasik, di STM YPS. Jadi selama bertahun-tahun singgah ke terminal ini, kan 2 kali naik angkutan umum," ujar Zeni.
Terminal bus Cilembang menjadi bagian perjalanan kenakalan remajanya. "Kalau bolos sekolah ngumpetnya di terminal sambil belajar merokok. Terkenanglah dengan terminal ini," kata Zeni.
Harniwan (54) warga sekitar eks Terminal Cilembang mengatakan pada masanya terminal ini menjadi fasilitas publik yang sangat vital bagi masyarakat. Denyut aktivitas masyarakat seakan tak pernah mati selama 24 jam.
"Ya mungkin karena dulu belum banyak warga yang punya kendaraan, sehingga angkutan umum menjadi vital. Tidak hanya bagi masyarakat Tasik, tapi bagi masyarakat Priangan Timur, soalnya ada pemberangkatan bus yang hanya ada di terminal ini, jadi orang Ciamis, Banjar atau Tasik selatan dan lainnya harus ke sini dulu," jelas Harniwan.
Dia menjelaskan Terminal Bus Cilembang dibangun sekitar medio dekade 1980-an. "Persisnya saya lupa, sekitar 1985 atau 1986. Yang jelas terminal bus ini dibangun untuk memindahkan terminal bus yang sebelumnya berlokasi di Gunung Pereng, ya di dekat pusat kota," kata Harniwan.
Kemudian setelah beroperasi sekitar 20 tahun lebih atau sekitar tahun 2006, Pemkot Tasikmalaya memutuskan memindahkan terminal ke Indihiang. Dibantu oleh pemerintah pusat, Pemkot Tasikmalaya membangun terminal bus tipe A di Jalan Letnan Harun Indihiang.
"Tahun 2001 kan Tasik pemekaran, Pemkot Tasik berdiri. Terminal ini kan aset Pemkab. Akhirnya 2006 Pemkot Tasikmalaya memindahkan lagi terminal ini ke Indihiang sampai sekarang," kata Harniwan.
Praktis kawasan terminal Cilembang menjadi terbengkalai karena hingga saat ini Pemkab Tasikmalaya belum memanfaatkan lagi kawasan seluas 24.710 meter persegi itu.
Sejak dibiarkan kosong kawasan ini kemudian dimanfaatkan atau dihuni oleh sejumlah masyarakat. Namun dalam beberapa tahun terakhir muncul indikasi kawasan eks terminal menjadi sarang maksiat. Mulai dari praktek prostitusi, penjualan minuman keras dan bentuk penyakit masyarakat lainnya.
Catatan detikJabar sering kali polisi atau Satpol PP melakukan penggerebekan gudang miras mau pun penertiban PSK di lokasi itu.
Kondisi itu dalam beberapa pekan terakhir menuai reaksi keras dari kalangan alim ulama di Tasikmalaya. Terlebih setelah ditemukan fakta di lokasi itu terdapat penjualan daging anjing. Forum ormas Islam itu pun akhirnya mendesak Pemkab Tasikmalaya untuk melakukan pembongkaran.
"Alhamdulillah hari ini kami bisa melakukan pembongkaran bangunan eks terminal Cilembang. Ini memang aset Pemkab yang berada di Kota Tasikmalaya," kata Bupati Ade Sugianto.
Dia membenarkan dasar pembongkaran dilakukan karena keberadaan kawasan ini dinilai lebih banyak negatifnya ketimbang sisi positif. "Ada pemanfaatan yang kurang pas, sehingga mengganggu hubungan antar masyarakat sehingga berpotensi konflik, kami akhirnya membongkar, diratakan," kata Ade.
Terkait pemanfaatan ke depan, Ade mengaku belum bisa memastikan akan di bangun untuk apa. Untuk sementara, usai diratakan kawasan ini akan dinyatakan tertutup.
"Ke depan tentu akan kami manfaatkan, prinsipnya bagaimana kawasan ini bisa memberi manfaat untuk Pemkab Tasikmalaya dan manfaat sosialnya untuk Pemkot Tasikmalaya. Dan dipastikan kami juga akan memperhatikan RDTR yang disusun Pemkot di kawasan ini," kata Ade.
Dia menambahkan sejauh ini sudah ada 2 orang investor yang sudah memberikan penawaran kerjasama terkait pemanfaatan lahan itu. "Investor sudah ada dua yang menghubungi saya, salah satunya mau membuat fasilitas olahraga. Tapi itu nanti, belum kami putuskan," pungkas Ade.
(orb/orb)