Nasib pilu terus hadir di Gaza, Palestina. Salah satunya, ada puluhan bayi prematur yang sedang dirawat.
Di tengah kondisinya yang tak baik-baik saja, bayi-bayi itu juga harus berjuang. Mereka harus bertahan di tengah pengeboman yang dilakukan Israel.
Dikutip dari detikHealth, total, ada 37 bayi prematur yang dirawat di RS Al Shifa di Gaza, Palestina. Mereka harus dikeluarkan dari inkubator karena tak ada listrik untuk menopang hidup mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tengah kekacauan yang terjadi, laman Al Jazeera melaporkan sudah ada 6 bayi yang tewas di rumah sakit tersebut. Kondisi yang lainnya tak jauh lebih baik karena kurangnya asupan oksigen membuat nyawa mereka terancam.
"Hampir setiap menit terjadi pemboman yang sangat kejam, dengan tujuan untuk membuka jalan memasuki kompleks (rumah sakit)," kata Direktur Jenderal Kemenkes Palestina Munir Al-Borsh kepada Al Jazeera.
Sementara itu, puluhan bayi prematur di Rumah Sakit al Shifa di telah dipindahkan ke ruangan yang masih memiliki aliran listrik ketika para dokter berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga bayi-bayi tersebut tetap hidup dengan perawatan medis dasar.
Terkini, selama beberapa jam terakhir, pasukan pendudukan Israel kembali melakukan serangan dan menyerbu Rumah Sakit al Shifa. Dokter dan pekerja medis lainnya juga dilaporkan diinterogasi.
Dokter, pasien, dan bahkan pengungsi masih berada di dalam. Para dokter menolak meninggalkan pasien mereka ketika pasukan Israel melepaskan tembakan ke arah beberapa pasien yang tertinggal.
Aksi Israel yang melakukan serangan ke rumah sakit dikecam sejumlah pihak, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pihaknya menekankan fasilitas medis, personel, dan kendaraan harus dilindungi dari segala peperangan berdasarkan hukum kemanusiaan internasional
"Rumah sakit bukan medan perang," tegas Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Artikel ini telah tayang di detikHealth dengan judul Sekuat Tenaga Menjaga Bayi-bayi Prematur di RS Al Shifa Agar Tetap Hidup
(orb/orb)