Kampung Mandalangan di Kelurahan Kasepuhan, Kota Cirebon ini merupakan wilayah padat penduduk. Saat siang hingga sore hari, daerah tersebut selalu ramai dengan banyaknya masyarakat yang beraktivitas.
Namun, keramaian itu secara perlahan berangsur redup saat malam mulai tiba. Hembusan angin dan gelapnya malam membuat suasana di kampung itu berubah hingga memberikan kesan berbeda.
Terlebih, kampung Mandalangan merupakan daerah yang memiliki cerita legenda bernuansa mistis. Kampung Mandalangan merupakan salah satu wilayah di Kota Cirebon yang dilintasi oleh aliran sungai Kriyan.
Berdasarkan cerita yang berkembang di tengah masyarakat, konon ada sesosok Buaya Putih yang menghuni sungai Kriyan. Buaya putih itu disebut merupakan jelamaan dari Pangeran Angkawijaya.
Tidak jauh dari aliran sungai Kriyan, di Kampung Mandalangan juga terdapat sebuah situs berupa bangunan bernama lawang sanga. Dinamakan lawang sanga karena pada bangunan bersejarah itu terdapat sembilan pintu.
Jalan selebar dua meter terhampar saat detikJabar mencoba menyusuri Kampung Mandalangan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon pada Rabu (15/11/2023) malam.
Ketika malam tiba, suasana di Kampung Mandalangan terlihat tidak terlalu ramai jika dibandingkan saat siang hari. Malam itu, hanya ada beberapa orang warga yang berkumpul sembari berbincang satu sama lain.
Suasana pun akan jauh lebih berbeda saat pandangan mengarah ke aliran sungai Kriyan yang konon dihuni oleh sesosok buaya putih. Gelapnya malam berpadu dengan suara dedaunan terkena terpaan angin membuat suasana di sekitar aliran sungai nampak berubah menjadi menyeramkan.
Hingga kini, cerita soal adanya sesosok buaya putih di sungai Kriyan masih menjadi hal yang dipercayai oleh masyarakat secara turun temurun. Utamanya oleh warga yang tinggal di sekitar lokasi. Mereka meyakini sesosok buaya putih jelmaan dari pangeran Angkawijaya itu masih ada di sungai Kriyan.
detikJabar sempat berbincang-bincang dengan salah seorang warga di Kampung Mandalangan, Kelurahan Kasepuhan, Gina Anggraini (43). Ia pun menceritakan tentang sesosok buaya putih yang selama ini dipercayai oleh masyarakat.
Menurutnya, sesosok buaya putih yang ada di sungai Kriyan itu merupakan jelmaan dari putra Sultan Sepuh I Syamsudin Martawijaya, bernama Pangeran Angkawijaya.
"Namanya Pangeran Angkawijaya, putra dari Sultan Sepuh I Syamsudin Martawijaya. Kalau di sini masih percaya. Masih percaya kalau beliau ada di sungai Kriyan," kata Anggraini.
Bahkan, kata dia, ketika ada yang melihat penampakan dari buaya putih itu, masyarakat setempat memiliki tradisi tersendiri. Mereka akan menyiapkan nasi tumpeng yang dilengkapi dengan beberapa lauk pauk hingga minuman.
"Nanti nasi tumpengnya diletakkannya itu di pinggir kali (Sungai Kriyan). Terus setiap malam Jumat juga kita nyiapin kopi manis, kopi pahit, teh manis, teh pahit, dan air putih. Itu kita letakan di depan pintu lawang sanga," kata Gina. (yum/yum)