Cerita Masa Kecil Warga Sukabumi di Capitol yang Kini Mati Suri

Lorong Waktu

Cerita Masa Kecil Warga Sukabumi di Capitol yang Kini Mati Suri

Siti Fatimah - detikJabar
Senin, 13 Nov 2023 13:00 WIB
Gedung Capitol Sukabumi
Gedung Capitol Sukabumi. Foto: Siti Fatimah/detikJabar
Sukabumi -

Gedung bertingkat masih berdiri kokoh di kawasan pusat perbelanjaan Kota Sukabumi. Warga Sukabumi mengenal kawasan tersebut dengan nama 'Capitol.' Lokasi bangunan itu berada di Jalan Ahmad Yani-Jalan Mayawati, Cikole, Kota Sukabumi.

Tak banyak yang tahu, gedung berbentuk leter U tersebut ternyata sarat akan sejarah. Pada zaman Hindia Belanda, kawasan Capitol jadi tempat rekreasi dan berkumpulnya para ekspatriat Eropa dan pejabat tinggi. Namun kini, Capitol sepi pengunjung dan hanya segelintir orang yang meramaikan kembali tempat itu.

Capitol memiliki kenangan bagi sebagian warga Sukabumi. Ada yang mengalami masa kejayaan Capitol pada tahun 1990-an hingga tahun 2000-an. Kebanyakan mereka mengisi masa kecilnya dengan bermain dingdong dan bom-bom car.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah seorang yang mengalami kejayaan Capitol adalah Muhammad Andhika Putra Dermawan (38). Sepulang sekolah atau di hari libur, Andhika seringkali diajak kedua orang tuanya untuk bermain di gedung Capitol.

"Zaman saya kecil di sini ada bioskop, tempat main game dingdong, tempat karaoke juga, terus ada lantai dansanya juga. Redupnya di tahun 2000-an setelah bioskop tutup," kata Andhika kepada detikJabar beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

Senada, Darwin Sandy (40) warga Warudoyong, Kota Sukabumi mengetahui naik turun kawasan Capitol. Dia mengatakan, gedung Capitol sempat menjadi pusat kegiatan masyarakat. Segala fasilitas dan kebutuhan masyarakat ada di sana.

"Dulu itu sebelum ada pasar modern itu jadi sentra, seumuran ABG zaman dulu kan di situ ada dingdong bahkan orang kabupaten (Sukabumi) pun ke situ, karena bukan hanya dingdong tapi ada bioskop juga di dalam, di atas," kata Darwin.

Guratan memorinya saat masa remaja masih teringat jelas. Sepuluh hingga 20 tahun lalu, Capitol jadi tempatnya menghabiskan masa muda dengan teman-temannya. Dia pun merunut beberapa fasilitas yang disebut paket komplit itu.

"Jadi itu satu-satunya gedung di antara gedung yang ada di Kota Sukabumi yang punya fasilitas lengkap, ada hotel, tempat hiburan bioskop ada, karaoke yang live zaman jadul, karaoke zaman sekarang tinggal ketik ada, biliar jelas ada karena sentra hiburan di situ. Dulu mah nyaman, orang mana pun janjian di Capitol. Jadi tempat sagala aya (segala ada)," ujarnya.

"Kamu mau beli baju ada toko baju, mau periksa mata? Optikal ada, tinggal nyeberang. Di pinggiran ada toko legend, itu masih ada kaya toko jawa, toko peralatan sport yang tua," tambah Darwin.

Kawasan Capitol pun jadi saksi bisu perkembangan alat elektronik di Sukabumi. Di sana sempat menjadi pusat konter handphone sebelum akhirnya pindah ke pasar modern di Jalan Ahmad Yani, Kota Sukabumi.

Kegiatan anak muda di Capitol pun beragam. Selain bermain dingdong, seringnya anak-anak muda nongkrong di pinggir gedung Capitol. Lift yang berada di dalam gedung Capitol pun tak ayal jadi wahana bermain anak-anak untuk menghilangkan rasa penasarannya.

"Anak muda nongkrong di pinggiran trotoar karena kan pusat kota, terus kan anak muda zaman saya mah main dingdong belum ada PS. Permainan dingdong pada masa itu mah keren, koinnya seratus perak," kenangnya.

"Main mobil-mobilan juga. Jadi dulu itu kalau orang mau naik bombongkar harus ke Dufan, Capitol kerennya sudah punya, bayarnya dulu teh satu mobil Rp200 atau Rp500. Terus di situ jadi arena bermain orang-orang yang pengen coba naik lift. Pengalaman saking pengen coba naik lift, naik turun," tambah dia.

Tak hanya kegiatan positif, Capitol pun tak terlepas dari sisi kelamnya. Di sana, kata Darwin, sempat jadi tempat pertemuan anak-anak yang tawuran. "Jadi pusat tawuran juga karena tiap sekolah pasti ingin ke Capitol. Kalau ngomong Sukabumi inginnya ke Capitol. Buruknya ya karena itu," katanya.

Hingga akhirnya, kawasan Capitol 'mati suri' di tahun 2000-an. Kurangnya pengelolaan membuat gedung dan kawasan Capitol kumuh. Beberapa warga hanya melewati jalanan tersebut dan acuh tak acuh dengan berbagai fasilitas yang dulunya eksis di Sukabumi.

"Mati suri mah tahun 2000 juga sudah mulai down, sepi, karena kumuh. Faktor pengelolanya yang tidak mengikuti zaman. Yang masih berfungsi hotel saja dan di depan pinggiran masih ada toko-toko yang masih bertahan. Ada tukang mie ayam Bento yang masih bertahan, dari saya belum menikah sampai punya anak itu mie ayam masih ada," kata Darwin.

Sebagai salah satu warga asli Sukabumi yang merasakan dan menyaksikan masa kejayaan Capitol, Darwin mengaku sedih dengan kondisi Capitol saat ini. Menurutnya, Capitol memiliki nilai lebih yang bisa dimanfaatkan.

"Melihat kondisi sekarang sedih, sebuah bangunan vintage yang harusnya dilestarikan atau dikolaborasikan dengan orang yang punya nilai seni -masalahnya itu kan diamnya di jantung pusat kota, sayang. Andaikata ada yang mau kolaborasi lebih ke estetikanya, 'asa teu mantes,' (kurang pantas) orang kan lewat situ cuma melintas-melintas saja, dari 10 orang cuma 1 yang berani masuk (gedung Capitol) sisanya hanya melewat," ucapnya.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads