Gunung Tampomas merupakan gunung tertinggi di Kabupaten Sumedang. Gunung Ini pernah dituding menjadi penyebab gempa dahsyat di Sumedang pada 1955.
Hal itu sebagaimana pemberitaan yang dimuat oleh AID De Preangerbode edisi Senin, 15 Agustus 1955. Berita tersebut diberinya judul Apakah Tampomas yang harus disalahkan?
Pemberitaannya sendiri menyangkut tentang gempa dahsyat yang melanda Sumedang pada Agustus 1955. Sedikitnya ada 200 bangunan seperti rumah, masjid, bangunan kantor dan bangunan lainnya yang terdampak bahkan 38 rumah di antaranya rusak total. Lalu apa hubungannya dengan Gunung Tampomas?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam laporan AID De Preangerbode itu dijelaskan ada rumor yang berkembang di tengah masyarakat. Kala itu gempa yang terjadi disebabkan oleh Gunung Tampomas. Gunung tersebut rumornya meletus dengan disertai gempa bumi hingga melemparkan sejumlah bebatuan.
Dalam pemberitaan itu pun ditegaskan bahwa berdasarkan catatan sejarah, Gunung Tampomas belum pernah terjadi letusan. Dan, rumor yang berkembang pun belum terkonfirmasi oleh tinjauan secara geologi kala itu.
Penyelidik Bumi Madya dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Sofyan Primulyana mengungkapkan, Gunung Tampomas tidak termasuk ke dalam kategori 127 gunungapi aktif. PVMBG pun tidak melakukan aktivitas pemantauan sehingga tidak memiliki data kegeologiannya.
"Jadi kita dari PVMBG tidak melakukan pemantauan aktivitas untuk Gunung Tampomas karena Gunung Tampomas tidak termasuk ke dalam kategori 127 gunungapi aktif," ungkap Sofyan kepada detikJabar belum lama ini.
Lantaran tidak adanya data kegeologian tentang Gunung Tampomas, sehingga Sofyan tak bisa memastikan kabar tersebut. Namun, kata Sofyan, dengan melihat karakteristik tubuhnya terlebih di sekitarnya terdapat sumber air panas alami, maka Gunung Tampomas pada jutaan tahun lalu kemungkinan adalah gunungapi aktif.
"Buktinya Gunung Tampomas tubuhnya terdiri dari batuan hasil erupsi gunung api atau batuan-batuan vulkanik, jadi mungkin dulunya pernah ada letusan, hanya mungkin (kejadiannya) berapa juta tahun yang lalu, mungkin ya karena kita juga tidak punya datanya," terangnya.
Sementara itu dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, Indonesia saat ini memiliki 127 gunungapi aktif dengan tiga tipe yakni tipe A, tipe B dan tipe C. Gunungapi aktif tipe A adalah gunungapi yang pernah meletus setelah tahun 1600.
"Jadi gunungapi tipe A ini ada catatan sejarah erupsinya setelah tahun 1600," ujarnya.
Sementara untuk gunungapi tipe B adalah gunungapi yang tidak memiliki catatan sejarah erupsi setelah tahun 1600. "Jadi gunungapi tipe B ini catatan erupsinya kemungkinan sebelum tahun 1600," ucapnya.
Kemudian untuk gunungapi tipe C adalah gunungapi yang tidak memiliki catatan sejarah sama sekali. Namun dengan melihat permukaannya dapat diketahui bahwa di sana terdapat bekas aktivitas vulkanik.
"Semisal ada solfataranya, ada fumarol, ada air panas dan ada batuan-batuan teraltraksi, itu mencirikan bahwa ada bekas aktivitas vulkanisme," terangnya.
(sud/sud)