Cuaca panas begitu terasa menyengat ke dalam tubuh di kala itu. Tidak sedikit warga menepi sejenak untuk menghentikan aktivitas, dan berteduh di tempat yang terhindar dari cahaya matahari. Kondisi itu dirasakan oleh Arnah (54) salah satu warga yang mengadu nasib di jalanan Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Meski keringat bercucuran dari tubuhnya, Arnah seperti tidak mempedulikan kondisi saat itu. Rasa ngeluh dalam keadaan tersebut pun diabaikan oleh Arnah. Bukan tanpa alasan, Arnah rela berteman dengan teriknya matahari demi mengisi kebutuhan dapurnya sehari-hari.
Untuk menyanggupi kebutuhan sehari-harinya itu, Arnah berkeliling di pusat kota dari Subang dengan menjual beragam cemilan manis maupun asin. Meski usianya kini yang menginjak kepala lima, kobaran semangat masih begitu terlihat dalam diri maupun wajah dari Arnah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat berbincang bersama dengan detikJabar belum lama ini, wanita yang merupakan warga dari Kampung Rancabogo, Desa Sukamulya, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang itu sedang menawarkan dagangannya kepada masyarakat.
"Jualan cemilan manis sama asin juga ada. Yang manis kayak wajit nanas, kalau yang asin ini ada rangginang manis sama asin juga ada," ucap Arnah, belum lama ini.
Arnah mengaku telah berjualan cemilan manis dan asin ini sudah dua tahun lamanya. Saat pagi hari ia sudah berangkat dari kediamannya di Pagaden menuju Subang Kota. Meski jarak dari kediamannya tidak dekat, ia rela setiap hari menunggangi angkutan umum untuk sampai di pusat kota. Setelah sampai, ia tidak langsung beristirahat dan langsung berkeliling untuk menjemput rezeki.
"Hampir dua tahun jualannya, ya kalau keliling di Subang kan rame beda sama di Pagaden mah. Jalanin aja emang udah harusnya begini. Setiap hari jualannya sore pulang lagi," katanya.
Dalam perbincangan bersama detikJabar, Arnah mengaku kini hanya tinggal berdua bersama dengan satu orang anaknya. Ia sudah hidup menjanda selama bertahun-tahun karena sang suami telah meninggal dunia. Oleh sebab itu, berjualan cemilan menjadi salah satu cara Arnah untuk menyambung hidup.
"Kebetulan suami udah nggak ada, saya tinggal sama anak saya cuman berdua. Kadang anak saya juga ikut bantu jualan," kata Arnah.
Meski dagangannya bukan milik pribadi, namun Arnah terlihat ikhlas dalam menjalaninya. Ya, hal itu dilakukan kembali pada alasannya dari awal yaitu demi bisa mendapatkan pundi-pundi rupiah, dan dapat kembali ke rumahnya dapat makan sudah cukup senang dirasakan oleh Arnah.
"Bukan punya saya dagangannya, ini punya orang lain saya yang disuruh jualannya. Nggak apa-apa kecil juga yang penting bisa bawa uang ke rumah," ujarnya.
Dalam sehari, Arnah biasanya membawa sebanyak 60 bungkus camilan manis maupun asin pada keranjangnya. Namun, layaknya pedagang pada umumnya dagangan Arnah kadang ludes dan terkadang masih tersisa.
"Kadang cuman bawa 60 bungkus cemilan buat dijual, cuman itu juga kadang habis kadang nggak. Kalau sekarang alhamdulilah habis. Harganya cuman 6 ribu rupiah aja, saya dapet 2 ribu dari satu bungkusnya," ucapnya.
(dir/dir)