Di Kabupaten Karawang terdapat jalan dengan nama pahlawan yang sangat berjasa. Jalan tersebut yakni, bernama Jalan Surotokunto, yang diambil dari pahlawan pada masa agresi militer Belanda I, yakni Letkol Soeroto Kunto.
Jalan tersebut dinamai Surotokunto, karena menjadi lokasi hilangnya Soeroto Kunto, yang terjadi di Desa Warungbambu, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang, peristiwa hilangnya Soeroto Kunto menjadi misteri besar hingga saat ini.
Letkol Soeroto Koento, bersama stafnya Mayor Adel Sofjan dan pengawalnya Kopral Muhajar, beserta sang sopir Prajurit Murad, hilang di Warungbambu pada 28 November 1946 malam hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarawan Karawang, Sukarman menceritakan kronologi hilangnya sang Komandan Resimen. Kala itu, 27 November 1946 malam, Letkol Soeroto Koento bersama staf dan pengawalnya baru saja menghadiri rapat Komando Pertahanan Jakarta timur, di Kedung Gede bersama pimpinan Lasykar-Lasykar perjuangan.
Letkol Soeroto Koento sendiri merupakan Komandan Resimen VI Cikampek Brigade III dari Divisi Siliwangi, yang hendak ditugaskan menjadi perwakilan Indonesia untuk berunding dengan tentara sekutu.
"Letkol Soeroto Koento hilang dalam perjalanan menuju pulang ke Markas Resimen VI di Dawuan Cikampek, setelah rapat di Kedung Gede (salah satu Kecamatan di Bekasi)," ujar Sukarman, saat ditemui detikJabar di kediamannya, Desa Balongsari, Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang, beberapa waktu lalu.
Setelah hilangnya Letkol Soeroto Koento, Panglima Divisi Siliwangi Kolonel Nasution menunjuk Mayor Sadikin dan Mayor Dokter Soedewo untuk melanjutkan perundingan.
"Akibat hilangnya Letkol Soeroto Koento dan Mayor Adel Sofyan, Panglima Divisi Siliwangi kemudian mengangkat Mayor Sadikin sebagai Komandan dan Mayor dokter Soedewo sebagai Kepala Staf untuk melanjutkan perundingan bersama sekutu," kata dia.
Mayor Sadikin dan Mayor dokter Ery Soedewo ditunjuk mengepalai delegasi Indonesia yang dibantu Kapten Soewarjono dan Kapten Salam dari Staf Resimen untuk berunding.
"Hasil dari perundingan itu menentukan tengah-tengah antara Bekasi dan Tambun, sebagai batas dan ditentukannya garis demarkasi baru yang membujur dari Utara ke Selatan, sebagai basis pertahanan, dengan dibentuk batalyon baru di bawah pimpinan Mayor Darsono, sehingga seluruh kekuatan tentara yang ada di Jawa Barat menjadi 13 resimen," ungkap Sukarman.
Dijelaskan Sukarman, sambil melanjutkan program reorganisasi bersama sekutu, Mayor Sadikin yang sudah dinaikan pangkatnya menjadi Letkol setelah menjabat sebagai Komandan Resimen Cikampek. Ia kemudian memerintahkan semua unsur Resimen Cikampek mencari Letnan Kolonel Soeroto Koento dan rombongannya yang hilang, kemudian diduga diculik oleh Lasykar Rakyat.
"Mayor Sadikin memimpin pencarian Letkol Soeroto Koento, tapi hasilnya negatif, ia dan beberapa orang perwira sudah menduga bahwa, penculikan Letnan Kolonel Soeroto Koento dan rombongan itu kemungkinan besar dilakukan oleh Lasykar Rakyat Jakarta Raya," ucapnya.
Alasan Lasykar Rakyat menghilangkan Letkol Soeroto Koento sendiri, dikarenakan tidak setuju adanya rencana perundingan dengan pihak musuh atau sekutu.
"Dugaan itu muncul (penuclikan Letkol Soeroto Koento oleh Lasykar Rakyat), dikarenakan mereka tidak setuju dengan perundingan bersama musuh, jadi yah musuh harus dilawan bukan harus berunding, selain tu juga mereka beraliran kiri yang selalu melakukan oposisi terhadap pemerintah," pungkasnya.
(orb/orb)