Keseruan Pacuan Kuda Tradisional di Lembang Bandung Barat

Keseruan Pacuan Kuda Tradisional di Lembang Bandung Barat

Whisnu Pradana - detikJabar
Minggu, 05 Nov 2023 19:00 WIB
Momen Kuda Beradu Cepat di Pacuan Kuda di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Minggu (5/11/2023).
Momen Kuda Beradu Cepat di Pacuan Kuda di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Minggu (5/11/2023). (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar)
Bandung Barat -

Kuda-kuda berpacu satu sama lain, beradu cepat dengan pecutan dari joki yang bertaruh bisa merengkuh juara dalam Pacuan Kuda Cup di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Minggu (5/11/2023) sore, masyarakat masih berjubel di arena pacuan kuda Desa Kayuambon, Lembang, KBB. Ada yang datang sejak pagi demi menikmati hiburan rakyat murah meriah yang tak ada lagi di perkotaan.

Entakan kaki kuda dengan tubuh-tubuh tinggi dan kekar menerbangkan butiran tanah kering ke udara. Menciptakan efek serupa kabut berwarna coklat dari lintasan pacuan kuda yang sudah ada sejak tahun 1980-an.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pacuan kuda di Lembang sebetulnya merupakan agenda tahunan, namun semenjak COVID-19 melanda para pencinta kuda sempat libur panjang menggelar event tersebut.

"Jadi kita adakan event Pacuan Kuda Cup Lembang ini untuk memperingati Hari Pahlawan dan Sumpah Pemuda. Ini event kedua setelah COVID-19. Sebelumnya kita gelar di bulan Agustus kemarin," ujar Andi Al (45), ketua panitia Pacuan Kuda Cup Lembang saat ditemui.

ADVERTISEMENT

Magnet pacuan kuda di Lembang ternyata terasa ke berbagai daerah di Jawa Barat bahkan ke seberang pulang. Kuda-kuda pacu beserta joki datang ke Lembang dengan tujuan yang sama, menang!

"Event sekarang pesertanya ada yang dari Garut, Cilacap, Cirebon, Sumedang, Bogor, Bekasi, paling jauh dari Sulawesi Utara. Kalau total kuda yang datang ada sekitar 100 kuda, jokinya ada 20. Jadi setiap joki ada yang turun beberapa kali," kata Andi.

Andi menjelaskan ada beberapa nomor perlombaan yang digelar pada event kali ini, seperti kelas Mini B dengan ukuran kuda maksimal 1,10 meter. Lalu ada kelas A dengan tinggi kuda maksimal 1,16 meter.

"Kemudian kuda besar itu dimulai di kelas I, terus kelas terbuka itu kuda-kudanya maksimal tinggi 1,65 meter. Itu sudah ras impor kudanya. Terus kalau dari jarak itu mulai 600 meter, 800 meter, 1000 meter, 1200 meter, terakhir 1600 meter," tutur Andi.

Teriakan penonton yang berdiri di pinggir pacuan bahkan sebagian ada yang merangsek masuk ke lintasan pacu terdengar nyaring di setiap race. Ada 18 race yang dipertandingkan dari semua kelas.

Sorakan penonton kian menjadi saat ada kuda yang terjatuh hingga jokinya terpelanting. Tak cuma sekali, ada beberapa kuda yang tak bisa menjaga keseimbangan saat kaki jenjangnya berpijak pada permukaan tanah yang tak terlalu rata.

"Jadi kalau jatuh itu sebetulnya di luar prediksi kita ya, karena memang permukaan lintasannya dari tanah. Kalau bisa di sini sepertinya cukup (tanah), tapi idealnya kan permukaan lintasan itu dari pasir seperti tingkat nasional," kata Andi.

Sebagai orang yang sudah berkecimpung di dunia pacuan kuda sejak puluhan tahun silam, Andi punya keinginan agar event-event pacuan kuda maupun kuda jumping bisa digelar secara rutin.

"Saya sudah 30 tahunan berkecimpung di dunia pacuan kuda. Tentu kegiatan seperti ini inginnya rutin, minimal 1 tahun itu bisa 2 kali. Biar Lembang hidup lagi, ekonomi masyarakatnya membaik," ucap Andi.

(iqk/iqk)


Hide Ads