Industri musik Indonesia mengalami pasang surut. Hanya kreativitas dan konsistensi dari para musisi lah yang mampu menjaga eksistensi industri musik terus berkembang. Hal itu juga yang dituntut kepada lulusan dari Sekolah Tinggi Musik Bandung (STiMB).
Mereka diminta untuk menjaga konsistensi dalam membuat karya dan berkreatif. Sebab saat ini, tantangan yang dihadapi para musisi bukanlah hanya mengandalkan bakat semata, namun juga harus bisa mengikuti kemajuan teknologi.
Ketua STiMB Buky Wibawa mengatakan industri musik terus berkembang seiring zaman. Karena itu musisi harus bisa membekali diri dengan pengetahuan lain agar mampu bersaing dan beradaptasi dengan perkembangan di ranah industri musik yang sudah serba digital.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keuntungan dari perkembangan industri musik sekarang adalah keleluasaan pemasaran karya musik yang tidak terbatas. Namun dalam persaingan yang semakin ketat ini, dibutuhkan kemampuan dan kreativitas. Jika tidak konsisten dalam berkarya, dipastikan sulit mencapai kesuksesan, baik popularitas maupun kesuksesan secara ekonomi," kata Buky seperti rilis yang diterima detikJabar, Kamis (19/10/2023).
Menurut Buky, industri musik menuntut sense of business atau kemampuan memahami situasi bisnis seperti kekayaan intelektual yang di dalamnya ada aspek hak cipta dan hak kekayaan industrial, antara lain seperti merek, desain, paten, dan sebagainya.
"STiMB di bawah pengelolaan Yayasan Taruna Bhakti, sedang meredefinisi menjadi kampus musik berbasis digital. Jadi, lulusannya pun akan diarahkan menjadi sarjana musik yang menguasai karya dan pemasaran berbasis digital," ujarnya.
"Memang tidak semua sarjana musik bisa menjadi artis. Tetapi, sarjana lulusan Sekolah Tinggi Musik Bandung sudah tahu prinsip diversification is the key," sambung Buky.
Lebih lanjut, dia memaparkan jumlah jumlah sarjana musik di Indonesia masih terbilang sedikit dibandingkan sarjana dari jurusan lainnya. Hal tersebut erat kaitannya dengan prasyarat yang melekat pada musisi, yaitu bakat dan ketekunan berlatih.
"Musisi sekarang jangan mengandalkan bakat saja, tetapi perlu ditunjang oleh pengetahuan-pengetahuan lain, sehingga mampu bersaing dan beradaptasi dengan perkembangan di ranah industri musik yang sudah serba digital," tegasnya.
Sementara itu salah seorang wisudawan, Muhammad Rafi Hermansyah (27) dari jurusan (mayor) Gitar Elektrik mengungkapkan, menjadi lulusan musik memberikannya kebebasan untuk berkarya.
"Kesan berkuliah di STiMB ini seru, bisa tahu banyak hal tentang musik yang enggak hanya praktek, tapi teori juga. Kami mendapat ilmu mengenai teknologi zaman sekarang yang mumpuni yang bisa mendukung bakat musik, sehingga dapat membuat karya lebih bebas dan mudah," ujarnya.
Rafi pun mengaku susah berkuliah di STiMB ini. Namun, karena musik sudah menjadi passion, maka mau tak mau sesusah apapun mesti dilalui dan dijalani. Dengan keterbatasan yang dia miliki, dia pun akhirnya berhasil lulus dalam bidang yang dia sukai.
"Kepada orang-orang yang punya keterbatasan seperti saya, believe on your dream (percaya pada mimpimu). Carilah support system yang baik supaya mimpimu bisa terwujud sempurna. Karena itu penting. Dan, support system saya itu keluarga juga teman-teman," tutup Rafi.
(bba/iqk)