Populasi lobster di Laut Pangandaran terus menurun setiap tahunnya. Selain cuaca, penangkapan baby lobster oleh nelayan menjadi penyebab.
Eks Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengenang masa kejayaan melimpahnya populasi lobster di Pangandaran. Saat itu sekitar tahun 1984 hingga 2000an menjadi era keemasan lobster.
"Saya saksi hidup mengalami banyaknya lobster di pantai selatan hingga nyaris punah saat ini," kata Susi kepada detikJabar, Senin (16/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dulu mendapatkan lobster di era 1984-2000 di Pangandaran dalam sehari dapat 1 ton," sambungnya.
Susi berkisah para nelayan bisa hidup makmur karena dalam sehari mampu mendapatkan penghasilan Rp 1 juta hingga Rp 5 juta. "Saat itu penghasilan nelayan sehari Rp 1 juta hingga Rp 5 juta itu dulu. Bayangkan per tahunya dapat berapa miliar," ucapnya.
Namun situasi berubah sejak tahun 2000an. Banyak pengusaha asing yang ingin mendapatkan hasil instan dengan melakukan penangkapan benih lobster.
Usaha Susi pun sempat mengalami kendala dan membuat tangkapannya tak sebesar dulu. "Tahun 2000an itu nelayan asing, penangkapan benih lobster di Pangandaran mulai masuk, mereka secara membabi buat habiskan hasil tangkapan perairan disini," katanya.
"Karena saat itu lobster marak ditangkap benihnya dan dijual ke Vietnam," sambungnya.
Susi mengatakan masalah lobster di Pangandaran bisa kembali menggeliat seperti dulu jika terdapat sinergi dari pemerintah, pengusaha, dan nelayan.
"Kita harapkan dan sudah terbukti tiga pekan ini sudah gelap gulita laut Pangandaran, udang makin banyak dan ikan pun makin banyak. Karena laut gelap, artinya nelayan tidak menangkap BBL (baby lobster) lagi," katanya.