Kemarau yang melanda sebagian wilayah di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur semakin parah. Sumur warga mengering, begitu juga dengan sumur bor, hal ini mengakibatkan warga beralih menggunakan aliran air sungai.
Tidak sekadar kebutuhan mandi dan mencuci, warga di Dusun Nagrak, Desa Girimulya, Kecamatan Cibeber, memanfaatkan air sungai untuk minum hingga memasak. Kondisi ini disebut sudah terjadi selama 6 bulan terakhir.
"Sudah sejak bulan enam kekeringannya. Baik sumur biasa ataupun sumur bor kering. Tidak ada air. Total warga yang terdampak di kedusunan saya lebih dari 2.000 orang," kata Kepala Dusun Nagrak Asep Muhammad Iskandar, Senin (9/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi kemarau tahun ini disebut Asep adalah yang terparah, karena pada kemarau tahun lalu warga masih bisa memanfaatkan air sumur meskipun debitnya berkurang.
"Paling parah tahun ini, kalau sebelumnya air sumur masih ada walaupun sedikit. Masih cukup untuk dipakai masak dan minum," ujar Asep.
Asep mengungkapkan warga terpaksa memanfaatkan air dari Sungai Cikondang untuk kebutuhan sehari-hari. Bahkan tidak sedikit warga yang menggunakan air sungai itu untuk minum dan memasak.
"Kalau yang punya uang biasanya beli air botolan untuk minum. Selebihnya menggunakan air sungai untuk minum, tapi dimasak dulu airnya hingga mendidih," kata dia.
Meskipun dikhawatirkan dapat menyebabkan penyakit, tetapi warga tetap menggunakan air tersebut untuk masak dan minum lantaran terpaksa.
"Ya terpaksa, karena tidak ada lagi sumber air. Tapi hingga saat ini belum ada yang mengeluhkan terserang penyakit pencernaan atau lainnya," kata dia.
Dia berharap pemerintah bisa segera memberikan bantuan untuk warga, baik air bersih ataupun bantuan jangka panjang seperti genset atau sumur bor komunal.
"Minimalnya genset untuk menarik air sungai agar tidak jauh ke dasar sungai untuk ambil air. Kalau bisa dibangun sumur bor untuk komunal. Sehingga air yang digunakan memang air bersih yang layak konsumsi," kata dia.
![]() |
"Bantuan genset juga diperlukan agar pertanian bisa terairi. Kalau sekarang pilihan bentar lahan sawah tidak bisa ditanam, karena kering. Mau ditanam juga pasti padinya mati karena kekurangan air. Kami berharap segera bantuan," tambahnya.
Sementara itu, Bupati Cianjur Herman Suherman, mengatakan pihaknya masih menunggu arahan dari pemerintah provinsi dan pusat untuk menetapkan status siaga bencana kekeringan.
Namun untuk antisipasi kekeringan, Pemkab menerjunkan BPBD dan PDAM untuk mendistribusikan air bersih ke wilayah yang terdampak kekeringan.
"Kalau status siaga belum ditetapkan, menunggu dulu kajian pusat dan provinsi. Tapi sudah kami lakukan penanganan kekeringan, dengan melibatkan BPBD, PDAM, hingga PMI untuk memberikan bantuan air bersih," kata dia.
Warga Gelar Salat Istisqa
Ribuan warga Cianjur padati halaman Masjid Agung Cianjur, Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Cianjur untuk laksanakan Salat Istisqa.
Mulai dari anak sekolah, hingga para orang tua, juga pejabat dari berbagai instansi datang dan laksanakan salat sunah yang dilakukan untuk meminta diturunkannya hujan.
Bupati Cianjur Herman Suherman menyebutkan selama lima bulan terakhir Cianjur kurang diguyur hujan.
"Beberapa waktu lalu kota salat istisqa tapi masih kurang hujannya. Maka kita adakan lagi, harapannya agar diturunkan hujan yang membawa berkah," ujar Herman.
Dia menambahkan untuk upaya khusus penanganan kekeringan yang dilakukan pemerintah, Herman mengatakan pihaknya membuka posko permintaan air bersih di PMI, PDAM, dan BPBD Cianjur.
"Kita buka posko di PMI, PDAM, dan BPBD. Kadi warga yang membutuhkan air bersih bisa mengajukan permintaan ke posko tersebut. Tapi air bersih ini hanya untuk air minum, dan kebutuhan masak," jelasnya.
Terkait terbatasnya armada tangki air bersih, Herman mengaku sudah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengisi kekurangan.
"Kemarin saya koordinasi dengan BNPB. Saya meminta pada BNPB untuk armada tangki air bersih. Dalam waktu dekat mereka akan mengirimkan armada tangki," jelasnya.
(yum/yum)