Kota Bandung memiliki destinasi wisata edukasi yang sangat beragam, salah satunya adalah Museum Perbendaharaan Kota Bandung. Museum ini menjadi sarana edukasi untuk masyarakat mengenai pengelolaan keuangan negara, khususnya negara Indonesia.
Museum ini terletak di Kantor Kanwil Ditjen Perbendaharaan, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, tepatnya di Sayap Barat Gedung Dwi Warna. Gedung yang memiliki nilai historis bersejarah tinggi ini dibangun sejak zaman pemerintahan Belanda, oleh seorang arsitek bernama G. Hendrik.
Didirikan pada tahun 2016 dan diresmikan pada 26 September 2017, museum ini dinyatakan dibuka untuk masyarakat umum. Tujuan dari pendirian museum ini, sesuai dengan visi dari Museum Perbendaharaan itu sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tujuannya adalah sebagai pusat literasi, sebagai pusat kajian sejarah keuangan negara khususnya perbendaharaan. Bisa dilihat juga di visi dari museum ini, yaitu sebagai literatur pertama sejarah perkembangan pengelolaan perbendaharaan di Indonesia," jelas Panji, selaku Edukator Museum kepada detikJabar Senin (9/10/2023).
Hal menarik dari museum ini adalah, menjadi satu-satunya museum di lingkungan Kementerian Keuangan yang ada di Indonesia. Selain itu, museum ini juga menempati ruangan yang sama dengan ruangan yang digunakan untuk rapat-rapat Komisi Ekonomi dan Komite Kebudayaan pada penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Kota Bandung.
"Gedung Dwi Warna ini memang erat kaitannya dengan sejarah Konferensi Asia Afrika. Mungkin selama ini orang-orang tahunya KAA hanya di Museum Konferensi Asia Afrika, nyatanya gedung ini menjadi salah satu venue untuk rapat-rapat komite politik, kebudayaan, ekonomi," jelas Panji.
"Jadi dulunya gedung ini itu dibuat sebagai gedung dana pensiun pada tahun 1940, tetapi tahun 1955 ketika akan dihelat KAA, Bung Karno beserta jajarannya survei ke Bandung untuk mencari venue yang akan dipakai untuk KAA nanti, salah satunya Gedung Dwi Warna ini," lanjut Panji.
![]() |
Menurut pantauan detikJabar pada Senin (9/10/2023), Museum Perbendaharaan ini terdiri dari beberapa bagian, mulai dari sejarah keuangan, sejarah perbendaharaan, sejarah sistem keuangan Indonesia mulai dari pra kemerdekaan hingga saat ini, koleksi benda dan peralatan kantor zaman dahulu, naskah kuno yang diberi nama Staatsblad atau ICW, Pojok Konferensi Asia Afrika (KAA), dan masih banyak lagi.
Bagi detikers yang ingin berkunjung ke Museum Perbendaharaan, museum ini dibuka setiap minggu kedua dan keempat, hari Senin, Sabtu dan Minggu pukul 09.00 - 16.00 WIB. Museum ini juga dapat kalian nikmati secara gratis.
Naskah Kuno Staatsblad, Menjadi Peninggalan Paling Antik dan Unik
Naskah kuno yang dinamakan Staatsblad atau Indonesische Comptabiliteitswet (ICW) merupakan peraturan tentang cara pengurusan dan pertanggungjawaban Keuangan Negara, yang dibagi menjadi dua bab. Isinya berupa Undang-Undang Keuangan Belanda.
Tentunya Staatsblad ini menjadi saksi sejarah bagi negara Indonesia khususnya dalam sistem keuangan. Selain itu, ini juga menjadi salah satu peninggalan yang memiliki nilai historis paling tinggi yang tentunya antik dan unik karena masih berfisik asli bukanlah replika.
![]() |
"Staatsblad atau ICW ini masih real, menggunakan bahasa Belanda, dari tahun 1813 sampai tahun 1943. Karena ini betul-betul menjadi saksi sejarah, dulu Indonesia khususnya Kementerian Keuangan masih menganut Undang-Undang versi Belanda. Hingga akhirnya pada tahun 2003/2004, barulah Indonesia mempunyai Undang-Undang Keuangan sendiri. Jadi ketika orde lama dan orde baru menggunakan Staatsblad ini," tutur Panji.
(yum/yum)