Akhir-akhir ini kawasan Bandung Raya diterpa suhu panas yang ugal-ugalan. Suhu udara yang terjadi akhir-akhir ini, lebih panas dari musim kemarau pada biasanya
Suhu panas yang terjadi dikeluhkan oleh warga Kota Bandung, Faqih Rochman (31). Menurutnya suhu udara terasa lebih panas beberapa hari terakhir.
"Iya terasa lebih panas, panasnya beda mas," kata Faqih ditemui detikJabar di Jalan Perintis Kemerdekaan, Bandung, Jumat, 6 Oktober 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faqih mengaku saat ini dirinya harus selalu menggunakan jaket tipis saat bepergian ke luar ruangan. "Pake jaket terus yang tipis mau nggak mau, kalau nggak pake panas soalnya," tuturnya.
Warga lainnya, Sandy juga merasakan hal sama. Menurutnya, suhu udara dirasa begitu menyengat jika terik matahari langsung mengenai kulit. Karena itu dia pun mulai rutin menggunakan tabir surya jika ke luar rumah.
"Emang panasnya terik banget, makanya saya pake sunblock (tabir surya) sekarang," ucapnya.
Musim kemarau tahun ini dipengaruhi El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif. Hal itu dikatakan Kepala Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu.
Ayu sapaan karib Teguh Rahayu mengungkapkan, hal tersebut membuat musim kemarau sekarang menjadi lebih kering dari kondisi klimatologisnya.
"Kondisi ini juga ditandai dengan kondisi awan yang relatif lebih sedikit dibanding kondisi perawanan normal klimatologisnya," kata Ayu, sapaan Teguh Rahayu, dalam keterangan tertulis yang diterima detikJabar, Senin, 2 Oktober 2023.
Sebab tidak ada penyerapan maupun proses pemantulan sinar gelombang pendek yang dipancarkan oleh matahari, permukaan bumi pada siang hari menjadi lebih panas.
"Pada musim kemarau adalah sesuatu yang lazim apabila pada siang hari terasa panas terik, namun suhunya tidak mencapai kategori esktrem," ungkapnya.
Pada bulan September dasarian III, posisi semu matahari berada di ekuator atau biasa disebut dengan ekuinoks, sehingga sinar matahari yang dipancarkan semakin banyak pada Dasarian III September ini. Namun sekali lagi, kondisi ini tidak akan menyebabkan suhu maksimum menjadi ekstrem.
Suhu di Bandung Raya menurut BMKG pada Tanggal 26 September mencapai 34 derajat Celsius, 27 September 32 derajat Celsius, 28 September 33,8 derajat Celsius, 29 September 34,8 derajat Celsius, 30 September 34 derajat Celsius, dan 1 Oktober 34,8 derajat Celsius.
Menurutnya, suhu maksimum normal yang terukur oleh BMKG Bandung pada September adalah 30,3 derajat Celsius. Suhu udara ekstrim merupakan kondisi suhu udara yang mencapai 3ยบ C (tiga derajat Celsius) atau lebih di atas nilai normal setempat.
"Dengan demikian, suhu maksimum ekstrem sudah terjadi pada tanggal 26, 28, 29, 30 September dan 1 Oktober," jelasnya.
Menurut Ayu, kondisi panas di permukaan bumi menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara antara satu lokasi dengan lokasi lain. Sehingga menyebabkan meningkatnya kecepatan angin dengan skala lokal.
"Panas terik pada siang hari dan angin kencang pada siang hingga sore hari adalah kondisi cuaca yang lazim terjadi pada puncak kemarau. Sehingga masyarakat diimbau untuk tidak panik, namun mempersiapkan diri untuk mengurangi risiko bencana, seperti menggunakan tabir surya apabila sering berkegiatan di luar ruangan pada siang hari," tuturnya.
(wip/dir)