Saat Warga Bandung Bersahabat dengan Makam

Saat Warga Bandung Bersahabat dengan Makam

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Minggu, 08 Okt 2023 10:30 WIB
Makam yang menempel di dinding warga di Linggawastu, Bandung
Makam yang menempel di dinding warga di Linggawastu, Bandung. (Foto: Anindyadevi Aurellia/detikJabar)
Bandung -

Keberadaan makam kadang sering membuat orang parno sendiri. Jelasnya, ada perasaan takut atau khawatir diganggu oleh keberadaan makhluk tak kasat mata. Tak jarang orang malah menghindari tinggal berdekatan dengan pemakaman.

Tapi di Kota Bandung ada sebuah makam yang menempel dengan rumah warga. Bahkan, makam ini terletak di tengah permukiman padat penduduk. Siapa sangka, masyarakat di sekitarnya malah sudah bersahabat dan tak merasa janggal hidup berdampingan dengan makam.

Makam dengan nisan bertuliskan 'Iboe Idjah' ada di perkampungan dekat flyover Mochtar Kusumaatmadja (dulu disebut flyover Pasupati). Uniknya, makam berukuran 1x1,5 meter ini malah jadi pondasi bangunan kos-kosan di gang sempit jalan Linggawastu, Kelurahan Tamansari, Bandung Wetan, Kota Bandung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua RT 03 RW 16 Aceng Sutisna (66) mengatakan makam itu diduga sudah berusia ratusan tahun. Tapi, warga sekitar sudah biasa dan tak merasa takut dengan adanya makam di gang sempit itu.

"Ya sih dibilang serem sih ya kadang-kadang lah, karena memang ada beberapa cerita tapi nggak tentu khusus pada malam tertentu gitu. Tapi warga sudah terbiasa. Kita berhadapan dengan makam ya, karena kan semua di sini (tanah perkampungan dulunya) makam gitu," kata Aceng ditemui di lokasi.

ADVERTISEMENT

Tampilan nisan dan makamnya memang terlihat sudah lawas, hanya saja fasadnya lebih cantik usai dilukis dari inisiatif warga saat memperindah area perkampungan. Katanya, makam dilukis dan dihias supaya memperindah, memberi kesan tidak seram, dan kelihatan lebih bersih serta hegar (bahagia, ceria).

Aceng mengaku anak-anak di perkampungan setempat sudah biasa bermain di sekitar makam. Meskipun ada beberapa cerita warga yang mengaku melihat sosok-sosok tak kasat mata, tapi tak pernah ada kejadian aneh atau menyeramkan di sekitar makam Iboe Idjah.

Hanya saja, pada makam di sebelah masjid setempat, Aceng lebih mewanti-wanti agar tidak digunakan bermain anak-anak. Sebab ada kejadian kurang mengenakkan yang pernah terjadi.

Makam yang menempel di dinding warga di Linggawastu, BandungMakam yang menempel di dinding warga di Linggawastu, Bandung Foto: Anindyadevi Aurellia/detikJabar

"Kadang-kadang ya anak kecil (wujud sosok gaib) gitu, tuyul lagi main gitu. Kadang-kadang orang itu kan kalau dulu masih ada pohon mangga. Itu suka jadi tempat (penampakan), mereka protes karena pada ditebangin jadi kadang ada orang lewat terus iseng ditaburin tanah," ucapnya.

"Sesuai kemampuan orang juga bisa lihat enggak, biasanya yang tua-tua baru balik kerja atau pergi di dini hari, suka dilihatin (penampakan gaib) berdiri di depan gang terus hilang. Nah kalau yang di sana (sepetak tanah sebelah masjid), itu yang nggak terlalu untuk main anak-anak. Soalnya pernah dipakai main terus mungkin anaknya kencing ya di situ, itu kuncupnya langsung kayak masuk kayak habis disunat," cerita Aceng.

Diakui olehnya, warga setempat pun sudah menerima sepenuhnya keberadaan makam itu dan memaklumi jika ada beberapa kejadian aneh. Mengingat perkampungan ini dulunya adalah tanah lapang yang menjadi tempat pemakaman umum (TPU).

Daerah ini dulunya disebut daerah Neglasari, yakni daerah berupa tegalan dengan pepohonan yang rimbun dan alang-alang yang tinggi menjulang. Sekitar tahun 1946, sebagian lahan mulai dibersihkan, ada yang menjadi makam dan ada juga yang mulai dibangun jadi tempat tinggal.

Sampai akhirnya tahun ke tahun berlalu, pembangunan terus berlanjut dan hanya menyisakan enam makam. Satu makam Iboe Idjah yang punya cerita sendiri, tiga makam dan dua makam balita menjadi satu di sebidang tanah sebelah Masjid Al Ikhwan.

"Ya ini sebenernya sudah lama bukan tahunan lagi, sudah berpuluhan tahun ini. Daerah ini kan tadinya pemakaman, nah makam yang tertinggal itu hanya ini sama yang di sana (sepetak tanah sebelah masjid). Di bawah ini sebetulnya makam-makam masih ada, cuma ada yang dipindahin sebagian, ada yang dibangun rumah," cerita Aceng.

Tak ada kesan horor dari perkampungan itu. Semua kehidupan warga berjalan normal seperti biasa. Bahkan, kuburan yang menempel di rumah warga ini malah jadi ciri khas tersendiri. Kata Aceng, tak jarang orang datang untuk berfoto dan video, atau juga berbincang dengan warga sekitar.

"Pernah datang, beberapa datang untuk foto video, jadi rame ya karena penasaran bahwa ada rumah yang makamnya itu menempel dan jadi pondasi," ucapnya.

(aau/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads