Langkah Pemkot Bandung Antisipasi Banjir Jelang Musim Hujan

Langkah Pemkot Bandung Antisipasi Banjir Jelang Musim Hujan

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Kamis, 05 Okt 2023 16:45 WIB
Kegiatan Mapag Hujan yang digelar Pemkot Bandung.
Kegiatan Mapag Hujan yang digelar Pemkot Bandung. (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)
Bandung -

Jelang musim hujan, Pemerintah Kota Bandung melaksanakan Mapag Hujan di 30 titik anak sungai pada Kamis (5/10/2023). Dari 46 anak sungai, ada 30 anak sungai yang bakal dikeruk oleh Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) bekerja sama dengan kecamatan setempat.

Pj Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono mengatakan, Mapag Hujan ini merupakan program Pemkot Bandung yang berlangsung sejak beberapa waktu lalu. Tujuannya untuk antisipasi banjir akibat mampatnya sungai-sungai.

"Alhamdulillah hari ini kita sudah kolaborasi dalam agenda Mapag Hujan, laporan dari BMKG tidak lama lagi akan musim hujan di bulan November. Tapi mau hujan atau tidak hujan, kita perlu antisipasi. Sedimentasi di Kota Bandung itu tinggi karena di cekungan dan rehabilitasi terus dilakukan di 46 anak sungai. Jadi sampah atau sedimen yang ada perlu dibersihkan," kata Bambang saat meresmikan Mapag Hujan serempak Kota Bandung di Kolam Retensi Rancabolang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mapag Hujan ini diselenggarakan secara di 30 titik Kecamatan dan 141 Kelurahan dengan beragam komponen masyarakat. Kata Bambang, selain Mapag Hujan, ada beberapa upaya untuk mitigasi banjir atau genangan di Kota Bandung.

Seperti pembuatan kolam retensi, sumur imbuhan, biopori, kemudian revitalisasi dan bersih-bersih proyek pengairan untuk mengurangi run off yang ada di permukaan.

ADVERTISEMENT

"Jadi gini sebetulnya kalau saya baca-baca, tahun 2020 itu ada 21 titik banjir di Kota Bandung. Tahun 2023 ini sudah berkurang menjadi 7 titik salah satunya di Pasirkoja. Nah upaya-upaya kita adalah bagaimana kita bersihin dulu gorong-gorong, kemudian menambah resapan-resapan air. Banyak cara ada Biopori, mungkin sumur imbuhan," ucap Bambang.

Saat ditanya soal kewajiban bangunan menyediakan sumur resapan, ia menyebut akan terus mengawasi bersama Dinas Cipta Bintar untuk update dan penindakan jika ada bangunan yang tak sesuai ketentuan.

Menurut catatan Pemkot Bandung, sampai Juli 2023 ada setidaknya 478 sumur resapan yang bisa membantu peresapan aliran air saat hujan deras datang.

"Akan kita komunikasikan dengan Dinas Cipta Bintar seperti apa langkah-langkah yang dapat dilakukan. Banjir di Kota Bandung sebenarnya cileuncang, hanya lewat. Nah sekarang kita juga punya harapan karena di tahun 2020 waktu resapan 110 menit, sekarang hitungan puluhan menit dan ini akan kita tekan lagi," ujarnya.

"Kita akan coba lihat dan review hak dan kewajibannya lagi (tiap bangunan punya resapan). Ini kan persoalan bersama yang harus diselesaikan bersama, kita juga akan lihat kewenangan kita sejauh mana apakah bisa pemaksaan dan lainnya, harus sesuai aturan yang kita sepakati," tambah Bambang.

Ke Mana Hasil Kerukan Dibuang?

Hasil kerukan dari setiap anak sungai tak dipungkiri pasti akan sangat banyak. Sesuai wanti-wanti dari Pj Walkot Bandung, jangan sampai timbunan ini jadi masalah baru untuk kota Bandung.

Kadis SDABM Didi Ruswandi pun memastikan bahwa hasil kerukan sedimentasi atau beberapa sampah masyarakat akan jadi peluang proyek, bukan hanya bertumpuk jadi sampah.

"Nanti akan disalurkan ke beberapa tempat seperti di dekat sana bikin kolam retensi lagi untuk bangun pinggirannya, kemudian di beberapa tempat untuk koordinasi dengan kecamatan dan kewilayahan ada lahan yang minta ditimbun, jadi cari peluang di kewilayahan yang butuh tanah sedimen," ucap Didi.

Dijelaskan Didi, Mapag Hujan ini ditargetkan berlangsung sampai 30 Oktober 2023, serentak di 30 Kecamatan baik Kelurahan dengan bantuan organisasi pemuda dan organisasi masyarakat. Diakui olehnya, Mapag Hujan memang tidak dilaksanakan di semua anak sungai karena kondisi jalan yang tak mungkin dimasuki alat berat.

"Jadi hanya kita pilih juga anak sungai yang sangat kritis kondisinya. Hasil kerukan akan digunakan dengan memanfaatkan lokasi yang ada. Kalau sampah organik dari masyarakat yang ada di sungai ada disiapkan lubang organiknya (Tegallega) kalau anorganik sedang menghubungi Bank Sampah Induk jadi kirim kesana," ujar Didi.




(aau/orb)


Hide Ads