Duka Ardiansyah, Istri dan Bayinya Meninggal Saat Persalinan

Round-Up

Duka Ardiansyah, Istri dan Bayinya Meninggal Saat Persalinan

Tim detikJabar - detikJabar
Rabu, 04 Okt 2023 09:00 WIB
Ilustrasi bayi
Ilustrasi bayi (Foto: getty images)
Sumedang -

Tidak bisa dibayangkan suasana hati Ardiansyah Apandi (30) saat ini. Betapa tidak, kabar perihal istrinya Mamay Maida (30) yang akan melahirkan justru berakhir duka. Istri dan bayi di dalam kandungan meninggal dunia saat proses persalinan di RSUD Sumedang.

Mamay yang merupakan guru PNS dari Desa Buanamekar, Kecamatan Cibugeul dan mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sarang Tengah ini meninggal dunia di RSUD Sumedang pada Minggu (1/9/2023) sekitar pukul 13.14 WIB.

Informasi dihimpun detikJabar, sang guru tersebut, bayi yang masih berada di dalam kandungan itu merupakan anak keduanya. Ardiansyah ingat betul detik-detik sebelum istrinya tersebut menghembuskan nafas terakhir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya pada Sabtu (30/9/2023) sekitar jam 8.00 pagi, saya dan istri pergi ke Puskesmas Cibugel mau cek kandungan karena kebetulan sudah lewat hari (hari perkiraan lahiran)," ungkap Ardiansyah saat dikonfirmasi detikJabar, Selasa (3/10/2023).

Ardiansyah yang juga seorang guru honorer di SDN Nanjungmekar Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung ini mengungkapkan, pihak Puskesmas menyarankan agar istrinya diperiksakan ke dokter kandungan hingga kemudian dirujuk ke RSUD Sumedang.

ADVERTISEMENT

Sekitar pukul 20.00 WIB, Mamay masuk ke ruangan bidan rumah sakit dan diharuskan melakukan induksi. Sebagai seorang suami, Ardiansyah meminta penanganan terbaik untuk istri dan calon anak keduanya itu.

"Saya pun menegaskan kepada bidan saat itu, kalau semisal 10 jam setelah diinduksi bayinya tidak kunjung keluar, mohon tindakan yang terbaik, mau caesar atau vakum yang penting selamat dua-duanya, soalnya saya trauma kejadian anak pertama, tolong catat ya itu bu bidan, tegas saya demikian," terang Ardiansyah.

Lalu induksi pun dilakukan terhadap Mamay pada Sabtu (30/9/2023) malam sekitar pukul 21.00 WIB. Kemudian pada Minggu (1/10/2023) pagi sekitar pukul 09.00 WIB, Mamay pun akhirnya dimasukkan ke ruang persalinan.

Namun sekitar pukul 10.30 WIB, Mamay mulai merasakan sakit yang tidak tertahan. Bukannya mendapat penanganan, namun Mamay justru dimarahi oleh bidan. Bahkan kekesalan Ardiansyah memuncak setelah istrinya kembali diberi obat induksi untuk keempat kalinya.

"Kata saya, jangan dikasih-kasih obat induksi terus, sudah lakukan tindakan saja mau caesar atau bagaimana, yang penting ada yang selamat, soalnya jam 11.00 kurang, kepala bayi itu sudah kelihatan, cuma masuk lagi ke dalam," papar Ardiansyah.

Ardiansyah saat itu memohon-mohon kepada bidan agar istrinya dapat segera mendapatkan penanganan darurat. Namun, ia malah mendapatkan jawaban yang kurang memuaskan. Bahkan hingga pukul 12.30 WIB, istri Ardiansyah belum mendapatkan tindakan darurat apa pun.

Namun setelah istrinya kedapatan kehabisan tenaga dan sudah tidak bergerak, barulah kemudian dimasukkan ke ruang operasi. "Dokter saat itu baru tampak bolak-balik, sementara saya saat itu sudah pasrah karena saya tahu bagaimana keadaan istri," ungkapnya.

Kekesalan Ardiansyah kembali muncul saat mengetahui di ruang operasi masih ada dua pasien yang belum selesai ditangani. Hingga akhirnya, Mamay dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 13.14 WIB bersama bayi yang masih berada di dalam kandungannya.

"Bayi belum keluar, yang saya sangat sakit hati itu bayi belum keluar masih dalam kandungan. Nggak dikeluarin anak saya juga. saya belum tahu muka anak saya kayak gimana gitu, belum di foto," ungkap Ardiansyah.

Hal tidak mengenakkan kembali didapat Ardiansyah. Dia harus membayar ongkos ambulans sebesar Rp635.000 untuk membawa pulang jenazah istrinya. "Kalau rumah sakitnya gratis karena pakai BPJS," katanya.

Atas kejadian itu, ia pun berencana akan membawa kasus meninggal istrinya itu ke ranah hukum. Hal itu dilakukan agar kejadian serupa tidak menimpa warga Sumedang lainnya.

"Saya mau nuntut ke pihak rumah sakit, kalau dokter mau minta maaf, saya legowo tapi kalau dalam dua hari tidak minta maaf, saya mau ke ranah hukum karena ini keteledoran pihak rumah sakit," terangnya.

Terpisah, Direktur Utama (dirut) RSUD Sumedang dr. Enceng menjelaskan saat proses jelang persalinan ada beberapa tahapan kaitannya dengan posisi kepala sang bayi. Namun yang terjadi pada bayi sang pasien saat itu posisinya tidak berubah atau tidak turun.

"Ada step satu, dua dan step tiga, jadi harus turun kepalanya, jadi pada kondisi ini bayi sang pasien tidak turun sebagaimana mestinya atau standarnya, jadi maksimalnya (ditunggu) satu jam," terang Enceng.

Sementara pada sekitar pukul 10.00 WIB sampai 11.00 WIB, Minggu (1/10/2023), kata Enceng, kondisi sang pasien diketahui telah mengalami kelelahan. Atas kondisi tersebut, pihak rumah sakit pun memutuskan bahwa proses lahiran sang pasien tidak bisa dilakukan melalui metode per vaginam (proses melahirkan bayi melalui tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat medis).

Evakuasi sang pasien dari kamar bersalin menuju ruang operasi pun dilakukan oleh pihak rumah sakit. Namun nahas, kondisi sang pasien tiba-tiba mengalami koma pada saat dilakukan proses evakuasi tersebut.

"Dokter kandungan dan dokter spesialis anastesi saat itu langsung melakukan penanganan karena kondisi sudah tidak memungkinkan, meski segala sesuatu telah dipersiapkan di ruang operasi," paparnya.

Sang pasien pun pada akhirnya dilarikan ke ruang ICU agar mendapatkan ventilator atau alat bantu pernapasan. Namun sayang, nyawa pasien saat itu tidak dapat tertolong. "Pasien meninggal di ruang ICU pada sekitar jam 13.04," ucapnya.

Sementara terkait penyebab pasti dari kematian Mamay dan bayinya sendiri, sejauh ini belum diketahui secara pasti oleh pihak rumah sakit. "Namun berdasarkan jurnal dari rumah Sakit Umum Dr. Sarjito, berupa jurnal, itu akibat emboli air ketuban," terangnya.

(bba/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads