Penyebab Suhu Panas Ugal-ugalan di Bandung Raya

Penyebab Suhu Panas Ugal-ugalan di Bandung Raya

Wisma Putra - detikJabar
Senin, 02 Okt 2023 18:45 WIB
Ilustrasi gambar suhu panas
Ilustrasi. (Foto: Thinkstock)
Bandung -

Suhu panas di kawasan Bandung Raya belakangan ini ugal-ugalan. Warga pun merasakan suhu panas yang lebih dari musim kemarau pada biasanya.

Kepala Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan, musim kemarau tahun ini dipengaruhi El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif. Ini membuat musim kemarau sekarang menjadi lebih kering dari kondisi klimatologisnya.

"Kondisi ini juga ditandai dengan kondisi awan yang relatif lebih sedikit dibanding kondisi perawanan normal klimatologisnya," kata Ayu, sapaan Teguh Rahayu, dalam keterangan tertulis yang diterima detikJabar, Senin (2/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ayu mengungkapkan, permukaan bumi pada siang hari menjadi lebih panas. Sebab tidak ada penyerapan maupun proses pemantulan sinar gelombang pendek yang dipancarkan oleh matahari.

"Pada musim kemarau adalah sesuatu yang lazim apabila pada siang hari terasa panas terik, namun suhunya tidak mencapai kategori esktrem," tuturnya.

ADVERTISEMENT

"Pada bulan September dasarian III, posisi semu matahari berada di ekuator atau biasa disebut dengan ekuinoks, sehingga sinar matahari yang dipancarkan semakin banyak pada Dasarian III September ini. Namun sekali lagi, kondisi ini tidak akan menyebabkan suhu maksimum menjadi ekstrem," jelas Ayu.

Dari catatan BMKG, suhu di Bandung Raya pada 26 September adalah 34 derajat Celsius, 27 September 32 derajat Celsius, 28 September 33,8 derajat Celsius, 29 September 34,8 derajat Celsius, 30 September 34 derajat Celsius, dan 1 Oktober 34,8 derajat Celsius.

Ayu menuturkan, suhu maksimum normal yang terukur oleh BMKG Bandung pada September adalah 30,3 derajat Celsius. Menurutnya, suhu udara ekstrim merupakan kondisi suhu udara yang mencapai 3ยบ C (tiga derajat Celsius) atau lebih di atas nilai normal setempat.

"Dengan demikian, suhu maksimum ekstrem sudah terjadi pada tanggal 26, 28, 29, 30 September dan 1 Oktober," tuturnya.

Selain itu, kondisi panas di permukaan bumi menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara antara satu lokasi dengan lokasi lain. Sehingga menyebabkan meningkatnya kecepatan angin dengan skala lokal.

"Panas terik pada siang hari dan angin kencang pada siang hingga sore hari adalah kondisi cuaca yang lazim terjadi pada puncak kemarau. Sehingga masyarakat diimbau untuk tidak panik, namun mempersiapkan diri untuk mengurangi risiko bencana, seperti menggunakan tabir surya apabila sering berkegiatan di luar ruangan pada siang hari," pungkasnya.




(wip/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads