Sebuah gang kecil di sebelah TMP Cikutra menyimpan kisah inspiratif dari perjuangan Firda, tukang jahit asal Majenang, yang membuka usaha bernama "Firda Tailor". Bersama sang istri, Asih, pasangan ini telah menggeluti usaha jahit menjahit selama 20 tahun.
Awalnya, perjalanan mereka dimulai dari Jawa Tengah, tanah asal mereka, sebelum akhirnya menetap dan membuka usaha di Cikutra, Bandung.
Firda telah menguasai keterampilan menjahit sejak masa kecil, bahkan sempat mengasahnya di Jawa Tengah. Usaha ini tak hanya sebagai mata pencaharian baginya, tetapi juga sebagai hobi yang diwariskan turun temurun, mengingat banyak orang dari Majenang yang memiliki latar belakang sebagai penjahit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usaha "Firda Tailor" sudah dikenal luas, tersebar dari mulut ke mulut, dan berhasil mendapatkan banyak pelanggan, baik yang sudah lama berlangganan maupun pelanggan yang baru. Sistem usaha mereka bukanlah konveksi, sehingga biasanya mereka bisa menyelesaikan sekitar 4 set baju tergantung pada modelnya.
Model-model yang sulit seperti kebaya, jas, dan gaun membutuhkan lebih banyak waktu dan keterampilan, sehingga harganya bisa lebih tinggi, bahkan mencapai 500 ribu ke atas.
Dari usahanya menjahit, kebutuhan Firda dan keluarganya selalu tercukupi. Anak-anaknya saat ini bisa bersekolah bahkan anak sulungnya sudah bekerja, menandakan bahwa usaha ini memberikan manfaat positif bagi keluarga Firda.
Menariknya di saat kebanyakan orang tidak suka mendengar keluhan dari pelanggan, Firda dan Asih justru tidak menganggap hal tersebut sebagai beban.
"Gak masalah kalau ada yang bawel, komplen, justru saya senang karena jadi tahu kurangnya saya dimana. Senengnya kita nambah ilmu. Kepuasan pelanggan nomor satu," ujar Firda dengan penuh semangat.
Dalam menjalankan usaha ini, Firda dan Asih adalah satu-satunya yang mengelolanya. Asih tak hanya membantu, tetapi juga memberikan doa-doa serta selalu setia menemani sang suami.
"Alasan saya setia menjahit ya karena hobi dan saya butuh. Kalau tanpa hobi, jenuh. Hobi saya lebih besar dibandingkan butuhnya. Bisa aja saya kerja yang lain, tapi memang hobinya ya ini. Gak ada beban," papar Firda.
Asih juga menambahkan, semangat mereka dalam menggeluti usaha menjahit ini didorong oleh cinta kepada keluarga.
"Kalau gak ada keluarga ya enggak semangat," tambah Asih.
Terlepas dari tren belanja online yang kini lebih diminati daripada menjahit pakaian di tukang jahit, bagi Firda dan Asih, hal itu bukan masalah. Bagi keduanya, usaha ini bukan hanya sekadar mata pencaharian, melainkan juga hobi yang telah mereka temukan kenyamanannya. Hal ini membuat mereka tetap setia pada bisnis yang mereka geluti selama ini.
(yum/yum)