Hiruk pikuk Kota Bandung jadi pemandangan biasa bagi Pak Encu. Pria asal Garut ini adalah seorang penjual wedang bajigur di salah satu sudut Ibu Kota Provinsi Jawa Barat ini.
Dengan penuh semangat, Pak Encu melayani pembeli yang datang ke tempat pangkalannya, di depan Gedung Indonesia Menggugat di Jalan Perintis Kemerdekaan, Bandung.
Mengenakkan kaos lengan panjang dan topi, Pak Encu tanpa ragu menyapa para pembelinya. Dia begitu rendah hati kepada siapapun yang datang membeli. Selain dilayani, pembeli terkadang juga diajak berbincang oleh pria 63 tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudah puluhan tahun Pak Encu berjualan bajigur. Kepada detikJabar, dia bercerita telah merantau dari Garut ke Bandung sejak usia 15 tahun. Saat itu, dia berjualan rokok dan minuman keliling.
"Saya jualan itu tahun 75, awalnya jualan rokok, minuman botol. Kalau jualan ini (bajigur) baru tahun 80-an," ucap Pak Encu mengawali perbincangannya.
Pak Encu kemudian mengingat dirinya sempat mengadu nasib di Jakarta. Dia berjualan bajigur di kawasan Grogol. Selama 9 tahun Pak Encu berjualan di Jakarta. Namun dia akhirnya memutuskan kembali ke Bandung di tahun 1990-an.
"Sempat jualan di Grogol (Jakarta), pindah-pindah disana ngontrak 9 tahun jualan bajigur juga sama saudara. Tapi pindah lagi kesini (Bandung)," ujarnya.
Menjadi penjual bajigur, Pak Encu berhasil membesarkan keempat anaknya. Dia mengaku, saat ini anak-anaknya telah bekerja dan memberikan 7 cucu untuk dia dan istrinya.
Dari hasil berjualan bajigur, Pak Encu bisa meraup keuntungan Rp 200 ribu per hari. Tapi dia harus berjalan mendorong gerobak berkilo-kilometer setiap hari. Bukan cuma bajigur, Pak Encu juga menjajakkan beraneka ragam umbi-umbian seperti kacang rebus, ubi rebus dan pisang rebus.
"Bajigur Rp 4 ribu, kalau makanan dijual Rp 2 ribu paling dapat Rp 400-500, nggak besar yang penting lancar, mahal-mahal nggak laku," jelas Pak Encu.
Ingin Pensiun
Pak Encu mengakui, di usianya kini dia punya keinginan untuk beristirahat di rumah. Namun kondisi ekonomi membuat Pak Encu harus berjuang demi menafkahi istrinya.
"Cape mah cape kalau punya modal udah pensiun. Pengennya mah istirahat tapi mau gimana lagi, sepanjang bisa mendorong mah dorong," katanya.
Bandung Tak Sesejuk Dulu
Berpuluh-puluh tahun berjualan bajigur, Pak Encu jadi saksi hidup betapa pesatnya pembangunan di Kota Bandung. Dulu seingat dia, Bandung adalah kota yang menyejukkan dan jauh dari kebisingan.
"Dulu Bandung adem, nggak banyak motor mobil," ujarnya.
Namun kini, Pak Encu merasa Bandung semakin panas. Dia bahkan mengatakan jalanan Kota Bandung begitu semrawut dipenuhi kendaraan.
"Sekarang panas, semrawut motor mobil dulu mah enak masih sedikit kendaraan tuh," pungkasnya.
(bba/mso)