Alief Irfan seorang mahasiswa di Cianjur diduga menjadi korban penganiayaan dan pengancaman usai mempertanyakan agenda umrah rombongan pejabat Cianjur. Dia pun melaporkan insiden yang dialaminya ke polisi.
Alief yang juga aktivis mahasiswa ini awalnya akan menggelar aksi bersama kelompoknya Jaringan Intelektual Muda (JIM) Cianjur mempertanyakan sumber dana umrah bareng yang rencananya akan berangkat pada Kamis 28 September 2023 tersebut. Sebab, dana yang digunakan dianggap mencurigakan.
Namun sebelum aksi digelar tepatnya pada Senin (25/9) lalu, Alief mengatakan dirinya diminta bertemu dengan oknum staf Pemkab Cianjur yang mempertanyakan pernyataan Alief serta rencana aksi yang akan dilakukan kelompok Alief.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya saya dikontak untuk berbicara terkait umrah bareng. Karena kita memang akan menggelar aksi mempertanyakan dari mana dana umroh ini. Kemudian janji bertemu di salah satu kafe," kata Alief, Rabu (27/9/2023).
Singkat cerita, Alief pun bertemu dengan oknum staf Pemkab Cianjur yang didampingi seorang pria bernama Jamaludin. Jamaludin sendiri termasuk peserta dari rombongan umrah Cianjur.
"Saya sempat bersalaman dulu dengan rombongan Jamaludin. Namun setelah mereka mengetahui kalau saya yang mempertanyakan sumber dana umroh bareng ini, salah satunya langsung melempar sesuatu ke muka saya," ujar Alief.
Tak hanya itu, Alief juga beradu argumen dengan Jamaludin dan oknum staf Pemkab Cianjur. Di tengah perbincangan Jamaludin langsung menampar Alief di wajah bagian kiri.
"Saya masih mau beradu argumen soal masalah ini. Tapi Jamaludin ini langsung mendekat dan menampar hingga pelipis saya sampai bengkak," ujarnya.
Bahkan, Alief juga menerima ancaman akan membentrokan kelompok ormas jika aksi unjuk rasa mahasiswa tetap dilaksanakan.
"Kata Jamaludin, dia akan membentrokan massa kami dengan ormas jika lakukan unjuk rasa mempertanyakan sumber dana umrah bareng ini. Selain itu, dia juga sempat ancam akan mendatangi rumah saya," kata dia.
Atas hal tersebut, Alief pun mengambil langkah untuk melaporkan kasus itu ke Polres Cianjur. Laporan dilengkapi Alief dengan bukti visum.
"Akhirnya saya lakukan visum dan langsung melaporkan kejadian ini ke Polres Cianjur," pungkasnya.
Kasatreskrim Polres Cianjur Iptu Tono Listianto mengatakan pihaknya sudah menerima laporan terkait penganiayaan tersebut.
"Sudah diterima laporannya, dibuat laporan polisi. Tentunya akan kami tindak lanjuti dengan prosedur yang berlaku. Terkait pengancaman nanti kami akan tindaklanjuti juga," kata dia.
Peserta Umrah Buka Suara
Sementara itu, Jamaluddin membantah adanya aksi pemukulan terhadap korban. Tetapi, Jamaluddin mengakui telah menampar korban.
"Tidak ada pemukulan, tapi hanya menampar korban. Itupun sebagai bentuk peringatan agar korban dapat bersikap lebih sopan terhadap orang yang lebih tua. Karena, saat itu, korban ini sempat menggebrak meja," jelas dia.
Jamaluddin juga memastikan jika sumber dana untuk pemberangkatan umroh bukan dari APBD Kabupaten Cianjur.
"Seharusnya mereka melakukan kajian mendalam jika memang akan menyikapi suatu masalah atau persoalan. Jangan karena bersumber dari media sosial mereka langsung menuduh atau menduga adanya tindak korupsi," katanya.
Jamaluddin menambahkan, pihaknya akan melaporkan balik korban terkait dengan adanya informasi bohong atau hoaks.
"Kita ini juga aktivis, mana mau jika harus berangkat ibadah (umrah) dari sumber dana yang tidak jelas. Kita akan laporkan balik dugaan hoaks," pungkasnya.
Sementara itu, tersebar daftar umrah bareng pejabat Cianjur. Dalam daftar tersebut ada sekitar 127 orang yang berangkat, dimana ada beberapa kelompok mulai dari kelompok MUI, Bupati Cianjur, Dubai, berbayar, dan tanpa keterangan. Keberangkatan itupun disoroti banyak pihak, terutama terkait pendanaannya.
Informasi yang dihimpun detikJabar, rombongan tersebut berangkat melalui salah satu travel di Sukabumi.
(dir/dir)