Lorong Waktu: Ledakan Hebat Guncangkan Bumi Usai Pelantikan Bupati Tasikmalaya

Lorong Waktu: Ledakan Hebat Guncangkan Bumi Usai Pelantikan Bupati Tasikmalaya

Faizal Amiruddin - detikJabar
Minggu, 24 Sep 2023 07:30 WIB
Ilustrasi kebakaran
Ilustrasi kebakaran (Foto: detikcom/Thinkstock)
Jakarta -

Jejak sejarah perjalanan Tasikmalaya diwarnai ragam kejadian dan dinamika yang hingga kini membekas di ingatan masyarakat.

Misalnya jika menelisik tragedi atau musibah yang pernah terjadi di Tasikmalaya, maka ada beberapa kejadian yang masih menjadi memori di mayoritas masyarakat.

Sebut saja sejarah di dekade 90-an, tragedi besar yang membekas di masyarakat adalah peristiwa kerusuhan pada Desember 1996. Kemarahan masyarakat terhadap seorang oknum petugas ketika itu, telah memantik kekacauan yang terdistorsi menjadi isu SARA.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian di dekade 80-an ada musibah erupsi Gunung Galunggung. Bencana alam yang terjadi Maret 1982 itu telah menimbulkan banyak korban jiwa. Memori kelam itu masih menyisakan cerita bagi masyarakat yang menjadi saksi bencana tersebut.

Mundur lagi ke dekade 70-an, di Tasikmalaya terjadi sebuah musibah berupa ledakan dahsyat. Gudang dan pabrik bahan peledak milik PT Dahana yang berlokasi di wilayah Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya meledak. Insiden ini juga masih membekas di ingatan masyarakat Tasikmalaya, terutama bagi warga yang berusia di atas 60 tahun.

ADVERTISEMENT

Namun berbeda dengan tragedi kerusuhan 1996 dan erupsi Galunggung, dokumen atau catatan sejarah mengenai insiden ledakan pabrik bahan peledak PT Dahana relatif minim.

Tidak banyak yang tahu mengapa gudang atau pabrik bahan peledak itu bisa meledak, termasuk berapa banyak korban yang terdampak insiden itu.

Meski demikian kenangan kelam terkait musibah itu masih diingat oleh masyarakat sekitar lokasi kejadian, yakni warga perkampungan yang berada di Kelurahan Setianagara Kecamatan Cibeureum serta Kelurahan Sukanagara Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya.

"Ingat kejadiannya hari Jumat sore, paginya itu di kota Tasik baru ada keramaian pelantikan Bupati," kata Mamat (70) warga Kampung Sindangkasih Kelurahan Sukanagara Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya, Jumat (22/9/2023).

Merujuk momentum pelantikan Bupati yang diutarakan Mamat, maka kejadian meledaknya pabrik bahan peledak itu terjadi pada 5 Maret 1976. Di hari itu Kolonel Inf. A Benyamin dilantik sebagai Bupati Tasikmalaya.

"Waktu itu masyarakat di sini baru bubar pengajian rutin Jumat, bada Asar. Terdengar ada suara ledakan dan asap hitam mengepul," kata Mamat.

Meski warga sudah mulai ketakutan, sebagian justru ada yang mencari tahu dan melihat dari dekat rel kereta api. Posisi perkampungan Mamat dengan pabrik Dahana, cukup jauh. Dipisahkan jalan raya, persawahan dan rel kereta api. Jaraknya sekitar 500 meter atau 1 kilometer.

"Pertama kan ledakannya kecil dan asap saja tebal. Warga baru sebatas bertanya-tanya ada apa, makanya sebagian warga malah mendekat, melihat dari dekat rel, dulu belum terlalu banyak bangunan, jadi dari sini juga terlihat," kata Mamat.

Beberapa saat kemudian barulah terjadi ledakan dahsyat yang membuat semua warga kampungnya dilanda kepanikan. Bumi yang mereka pijak terasa berguncang hebat dibarengi dengan dentuman suara yang menggelegar. Selain itu lontaran serpihan bebatuan dan material bangunan menambah kepanikan.

"Semua lari menjauh, saya bersama warga lain berlindung di dekat sungai. Tiarap di dekat irigasi," kata Mamat.

Hal ini juga dibenarkan oleh Ajang (65), saat kejadian itu dirinya juga berlindung di dekat sungai. "Sungai itu kan posisinya di bawah jalan, jadi kami berpikir itu aman. Semua kumpul di sana," katanya.

Dampak ledakan membuat nyaris semua bangunan di perkampungan sekitar lokasi ledakan rusak. "Yang namanya kaca sudah jelas amburadul. Rumah-rumah rusak, terutama bagian atapnya," kata Mamat.

Usai kejadian, lanjut Mamat, banyak warga yang mengungsi ke kawasan kota. Semua dilanda ketakutan dan berusaha menjauh dari komplek Dahana yang berada di kawasan Lanud Wiriadinata tersebut.

"Hari sudah mulai gelap, waktu itu kita juga nggak tahu apa yang terjadi. Akhirnya malam itu saya sekeluarga diajak sama bapak mengungsi dulu ke rumah saudara," kata Mamat.

Keesokan harinya barulah semua warga menyadari bahwa pabrik bahan peledak yang ada di dekat kampung mereka meledak.

"Besoknya kita mendapati bagian atas rumah sudah ambruk. Rumah saya dulu sudah gedong (dinding tembok). Saya ingat untuk merehab rumah bapak sampai menjual sawah, karena ganti rugi yang diberikan tidak cukup," kata Mamat.

Sementara Ajang mengatakan rumah panggung milik keluarganya saat itu sampai miring atau nyaris ambruk akibat ledakan itu. "Rumah saya panggung, akibat ledakan sampai miring. Agar tidak rubuh, ditopang dulu pakai bambu," kata Ajang.

Di Kampung Sindangkasih itu tak ada korban jiwa langsung, hanya saja beberapa warga mengalami luka-luka.

"Di kampung ini ada seorang yang meninggal dunia. Namanya Nina, jadi dia tertimpa reruntuhan lalu dirawat di rumah sakit beberapa hari kemudian meninggal dunia," kata Mamat.

Ajang menambahkan dampak ledakan menyisakan lubang besar di area pabrik atau pusat ledakan. "Kata bapak saya, dua buah bukit yang dikeruk materialnya tidak cukup untuk mengurug lubang bekas ledakan," kata Ajang.

Firman Suryaman (60) warga Jalan Cieunteung Kota Tasikmalaya yang lokasinya cukup jauh mengaku masih mengingat kejadian ledakan gudang bahan peledak tersebut.

"Saya masih remaja, waktu itu sedang di rumah. Kaca rumah bergetar, ya mirip gempa saja. Tapi dibarengi suara ledakan "agem" (ngebass). Besoknya baru tahu ternyata Dahana meledak," kata Firman.

PT Dahana yang merupakan BUMN bisnis bahan peledak itu kini sudah pindah ke Subang, sejak 2012 tak lagi berdomisili di Tasikmalaya.

Dikutip dari laman resminya Dahana memulai sejarahnya pada tahun 1966 dari "Proyek Menang" yang diprakarsai oleh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) di Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun Jawa Timur.

Kemudian pindah ke Tasikmalaya dan membangun tiga bagian pabrik. Proyek Menang I diubah namanya jadi Pabrik Roket Menang I. Sedangkan, dua pabrik baru dibangun dengan nama pabrik Proyek Menang (PM) II yang memproduksi dinamit dan Proyek Menang (PM) III sebagai Side Line Production.

Pada 1 Oktober 1973 terbitlah Peraturan Pemerintah Nomor 36/1973 tentang Perubahan Proyek Menang menjadi Perusahaan Umum Dahana.

Meski tak mendetail, insiden meledaknya gudang bahan peledak itu juga diulas dalam sejarah perjalanan Dahana.

"Dahana sempat mengalami jalan yang terjal, salah satu gudang milik Dahana meledak yang mengakibatkan penghentian seluruh aktivitas Dahana dari mulai penelitian, pengembangan, hingga operasi," tulis laman resmi Dahana.

Lorong Waktu merupakan rubrik khusus dari detikJabar yang membahas mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads