Soal Pilih Amin Bidah, Stafsus Menag: Jangan Dimaknai Negatif

Soal Pilih Amin Bidah, Stafsus Menag: Jangan Dimaknai Negatif

Ony - detikJabar
Sabtu, 16 Sep 2023 18:00 WIB
Staf Khusus Menteri Agama Nurruzaman.
Staf Khusus Menteri Agama Nurruzaman. (Foto: Ony Syahroni/detikJabar)
Cirebon -

Candaan Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas, soal bidah memilih Amin belakangan menjadi sorotan. Staf Khusus Menteri Agama Bidang Kerukunan Umat Beragama, Nuruzzaman, meminta agar pernyataan itu tidak dianggap serius.

Nuruzzaman lantas menjelaskan arti sebenarnya dari bidah seperti yang diucapkan Menag Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut. Menurutnya, bidah maknanya adalah sesuatu yang baru.

"Arti dari bidah itu sendiri sebenarnya sangat netral. Karena bidah itu artinya adalah kebaruan atau novelty," kata Nuruzzaman saat melakukan kunjungan ke Cirebon, Sabtu (16/9/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh karena itu, ia meminta agar semua pihak tidak menanggapi serius atau tersinggung dengan candaan yang dilontarkan oleh Menag Yaqut soal bidah memilih Amin.

"Memaknainya jangan negatif. Karena begini, kalau di dalam tradisi, saya orang NU, apa yang saya lakukan itu bidah. Tahlil itu bidah, tapi (bidah) hasanah," jelas Nuruzzaman.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas telah memberikan penjelasan soal pernyataan memilih Amin berarti bid'h. Yaqut mengatakan jika apa yang ia sampaikan itu dalam konteks candaan.

"Jadi dulu kepala Balitbang Kemenag namanya Suyitno, ketika MC memanggil namanya kok ada tambahan 'Amin', itu kaget saya. Setahu saya namanya Suyitno nggak ada 'Amin'nya. Nah, saya bilang ini kok aneh ada nama Amin karena lagi ramai-ramai Pilpres, kemudian begitu. Nggak ada konteks apa-apa jadi konteksnya bercanda," kata Yaqut dikutip dari detikNews.

Ia juga memastikan jika tidak ada muatan politis dalam candaan yang ia lontarkan soal bidah memilih Amin. Yaqut menilai seharusnya orang senang jika candaannya itu dikaitkan dengan urusan politik.

"Bidah itu artinya kreatif, novelty, kebaruan," ucapnya.

"Itu arti leterleknya begitu. Harusnya senang dong orang kalau ini disinggung-singgungkan dengan urusan politik, padahal nggak ada," jelas Yaqut.

Pilih Pemimpin dengan Akal, Bukan Nafsu

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Nuruzzaman mengajak seluruh elemen masyarakat mengedepankan akal sehat dalam menghadapi Pemilu 2024. Ia meminta masyarakat tetap menjaga persatuan meski berbeda pilihan.

"Berbeda pilihan partai politik, berbeda pilihan calon legislatif, berbeda pilihan calon presiden harus tetap bersahabat, jangan bermusuhan. Karena urusan politik itu bukan sesuatu hal yang harus dibawa mati. Maka berpolitiklah dengan riang gembira," kata Nuruzzaman.

Nuruzzaman meminta masyarakat lebih selektif saat memilih calon presiden pada 2024. Menurutnya, untuk menentukan pilihan capres, masyarakat seharusnya bisa melihat rekam jejak dan prestasinya.

"Pilihlah pemimpin dengan akalmu, bukan dengan nafsumu. Kalau kita pilih pemimpin karena kinerjanya dan track recordnya, tentu itu pilihan yang memang punya kepentingan hati nurani bagi kita," ucap Nuruzzaman.

Ia juga berharap semua pihak yang akan maju dalam Pemilu di 2024 tidak menggunakan agama untuk kepentingan politik. Sebab jika hal ini dilakukan, dapat memberikan dampak buruk terhadap kerukunan di tengah masyarakat.

"Jangan gunakan politik identitas atau menjadikan agama sebagai alat politik," tegas Nuruzzaman.

Jika ada calon pemimpin yang menggunakan agama sebagai alat politik, Nuruzzaman pun mewanti-wanti dan meminta kepada masyarakat agar tidak memilih calon tersebut.

"Jadi pilihlah pemimpin yang tidak menggunakan agama sebagai alat kepentingan politik," ucap Nuruzzaman.

(orb/orb)


Hide Ads