Pagi itu, dua orang pria terlihat kompak bergelut dengan pipa besi di satu halaman rumah warga. Bukan tanpa maksud, aksi keduanya ternyata sedang memburu sumber mata air.
Mereka adalah Nasita dan anaknya Toimam, warga di Desa Kedokanbunder Wetan, Kecamatan Kedokan Bunder, Kabupaten Indramayu. Kepiawaian dan kekompakan terlihat saat membuat sumur bor. Sesekali, mereka membagi tugas mengebor ke dalam bumi sambil mengontrol kecepatan mesin pompa selama melubangi sumur yang dikerjakannya.
"Ya lawas (udah lama) ada sekitar 5 tahun sih," kata Nasita, Rabu (13/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terik matahari yang semakin panas tidak menyurutkan mencapai titik air bersih, hingga lumpur pasir bercampur air yang keluar dari dalam sumur sudah mengotori pakaiannya. Bahkan, wajahnya terlihat belepotan. Maklum, sesekali tangan yang penuh lumpur itu harus mengusap keringat di wajahnya.
Berkaca dari pengalamannya, Nasita kini lebih lincah saat mengebor sumur. Singkatnya, mereka hanya membutuhkan waktu maksimal 3 jam, jika tidak mendapatkan kendala.
"Rata-rata paling dalamnya itu 9 meteran saja menggunakan tiga pipa. Tapi pernah sampai 18 meter dalamnya, jadi harus pinjam pipa lagi karena kita cuma bawa 4 batang," jelasnya.
Menjadi pengebor sumur diakui Nasita tidak menjadikan pekerjaan utama. Sebab, keseharian mereka lebih banyak mengelola pertanian di sawah. Namun, jika mendapat pesanan, mereka bergegas mendatangi rumah pemesan.
"Seringnya bikin di sekitar rumah yang baru. Tapi ada juga rumah lama yang sumur bor nya sudah rusak jadi bikin lagi," kata pria itu.
Penghasilan dari membuat sumur bor pun tidaklah stabil. Tergantung banyaknya sumur dan jarak rumah pemesan.
"Paling 400 sampai 600 tergantung jaraknya," ujarnya.
Selama lima tahun ini, Nasita yang hanya berduet dengan anaknya sudah berkeliling ke berbagai desa hingga ke wilayah Kabupaten Cirebon. Bahkan, ia pernah mengerjakan sumur bor di Karawang, meski tidak berhasil.
Diakuinya, membuat sumur bor tidak selalu berjalan mulus. Karena ia tidak bisa memprediksi material di bawah tanah tepat di titik sumur yang dikerjakannya.
"Pernah ke Cirebon sampai ke Karawang cuma di Kawarang punya keponakan aja. Nah di situ cukup sulit ada batu di bawahnya, bikin 2 kali tetap ga bisa," ungkapnya.
(mso/mso)