Kota Bandung kini dalam kondisi darurat sampah. Kebakaran di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti membuat sampah di Kota Kembang menumpuk karena terhambatnya proses pembuangan dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS).
Beberapa TPS di Kota Bandung juga melakukan pembatasan bagi warga yang ingin membuang sampah rumah tangga. Hal tersebut membuat sebagian warga Bandung merasa kebingungan.
Salah satu cara yang bisa dilakukan warga untuk mengurangi sampah di rumahnya yaitu dengan menjual ke Bank Sampah Induk (BSI). Elis Solihat selaku Direktur Bank Sampah Induk Kota Bandung sejak kasus kebakaran TPA Sarimukti terjadi lonjakan anggota BSI yang mendaftar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan terjadinya insiden itu, sebenarnya masyarakat kan jadi kepaksa, jadi ada paksaan. Justru kita jadi membludak anggotanya karena itu," kata Elis, Selasa (12/9/2023).
Anggota BSI biasanya terdaftar sebagai satu kelompok atau unit. Contohnya dalam 1 unit diisi oleh 1 RW atau lebih dari 30 orang. Warga yang menjual sampahnya ke BSI akan langsung mendapatkan uang dengan nominal yang telah dihitung atau ditabungkan dalam bentuk emas.
"Tabungan dari unit itu kita konversi ke bentuk gram emas. Jadi kan kalau misalnya sekarang kita punya 300 ribu terus di konversi ke emas, mungkin beberapa tahun berikutnya bisa naik tabungan kita yang 300 ribu tadi," ujar Elis.
Tidak semua jenis sampah diterima oleh BSI. Saat ini hanya 42 macam sampah anorganik dengan kriteria tertentu yang diterima. Selain sampah anorganik, BSI juga sedang mencoba pengolahan sampah organik menjadi gas yang bisa digunakan untuk kebutuhan memasak.
"Kalau sampah anorganik, kita ada 42 macam. Kalau yang general nya kan ada plastik, kertas, logam, beling, sama minyak jelantah," jelas Elis.
"Sejak bulan Juni itu kita diminta buat uji coba mesin biodigester. Jadi itu mesin untuk mengolah sampah organik menjadi gas," tambahnya.
Hingga saat ini, BSI memiliki sekitar lima gudang yang tersebar di beberapa daerah Kota Bandung. Namun, hanya beberapa gudang saja yang aktif menerima anggota dan melakukan jual beli.
"Kita ada lima gudang bank sampah induk, tapi yang ada tellernya, yang bisa langsung nerima itu ada disini (Sadang Serang), Bandung Barat, sama di Babakan Sari. Tapi yang rutin itu di Sadang Serang sama di Babakan Sari," pungkas Elis.
Sebagian sampah yang dikumpulkan oleh Bank Sampah Induk diolah langsung menjadi karpet, tas, dan kantong belanja. Namun, pengolahan sampah menjadi barang hanya dilakukan sebagian karena kekurangan sumber daya manusia. Sampah yang diterima oleh BSI lebih banyak dijual ke pabrik tempat pengolahan sampah.