Melihat Pengolahan Sampah Menjadi Briket di Kota Bandung

Melihat Pengolahan Sampah Menjadi Briket di Kota Bandung

Sativa Alifia Putri - detikJabar
Rabu, 13 Sep 2023 11:30 WIB
Pengolahan sampah menjadi briket di Bandung.
Pengolahan sampah menjadi briket di Bandung (Foto: Sativa Alifia Putri/detikJabar).
Bandung -

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung bekerja sama dengan Pusat Koperasi (Puskop) Kartika Siliwangi untuk mengurangi tumpukan sampah langsung dari TPS dengan mengelola sampah menjadi briket.

Tempat pengelolaan ini berada di Sadang Tengah nomor 4-6, Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Coblong, Bandung. Lokasi tepatnya berada di belakang TPS Sadang Serang dan Bank Sampah Sadang Serang.

Program pengelolaan sampah menjadi briket ini merupakan yang pertama di Kota Bandung dan mulai beroperasi sejak awal Agustus 2023. Program pengolahan sampah menjadi briket ini juga telah melewati masa latihan dengan mempelajari cara membuat briket, penanganan serta perawatan mesin selama 1 minggu pertama. Proses pengolahannya sudah menggunakan mesin pencacah sampah dengan kapasitas 150-200 kg/jam dan mesin pencetak briket dengan kapasitas 400 kg.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dedi Kurniawan, selaku supervisor Puskop Kartika Siliwangi mengatakan, mesin-mesin pengolahan sampah menjadi briket juga sudah diperhitungkan dari segi perawatannya dan pengoperasiannya yang mudah.

"Jadi jangan sampai perawatannya susah, biaya operasional mahal, lalu nanti mesinnya mangkrak gitu," ucap Dedi, Selasa (12/9/2023).

ADVERTISEMENT

Saat ini, program pengolahan sampah menjadi briket dijalankan dengan fokus mengelola sampah yang berasal dari RW 14 Kelurahan Sekeloa. Dedi mengatakan, sudah sekitar 50% sampah dari RW 14 Kelurahan Sekeloa masuk ke tempat pengolahan briket.

"Kalau nggak salah kata sekretaris RW-nya per hari bisa 600 kilo (sampah), tidak sampai 100%, tetapi bisa 50% juga sudah bagus gitu," ucapnya.

"Minimal sampah di RW sudah habis sesuai himbauan dari Plt Walikota, jadi kalau bisa sampah dituntaskan di RW masing-masing dulu, jadi ini perwujudan nyata," tambahnya.

Proses Pengolahan Sampah Menjadi Briket

Dedi mengatakan, berbagai jenis sampah dapat diolah menjadi briket, baik sampah organik maupun anorganik. Namun, ada beberapa jenis sampah yang dipilah terlebih dahulu agar tidak masuk ke mesin pencacah karena bisa merusak pisau dari mesin pencacah, yaitu sampah yang berupa benda-benda keras seperti logam, kaca, batu baterai, dan sejenisnya. Kemudian, sampah popok juga harus dipisahkan karena kandungan jelly di dalamnya akan sulit ketika dicacah.

detikjabar berkesempatan melihat proses pengolahan sampah menjadi briket pada Selasa (12/9/2023). Proses pembuatannya terpantau kondusif dan dilakukan secara paralel oleh anggota yang bertugas dengan membagi tugas mengerjakan masing-masing bagian. Proses pembuatannya secara keseluruhan kurang lebih akan memakan waktu sekitar 15 menit, tetapi jika dikerjakan secara paralel bisa lebih mempersingkat waktu pembuatannya.

Langkah pertama yang dilakukan dalam pengolahannya adalah mencampurkan berbagai jenis sampah ke dalam mesin pencacah, lalu sampah yang telah menjadi bagian-bagian kecil itu kemudian ditimbang terlebih dahulu sebelum dicampur dengan tapioka yang telah dimasak, nantinya tapioka akan berperan sebagai perekat atau semacam lem.

Dedi kemudian mengungkap alasan adanya penakaran bahan. "Ukuran tapioka harus menyesuaikan bobot dari cacahan sampah yang akan diolah, (tapiokanya) sekitar 5%", ucapnya. Setelah itu, bahan-bahan tadi dicampur dengan aditif yang merupakan formula khusus untuk menghentikan proses pembusukan sampah, menaikan nilai kalor, dan mempercepat proses penurunan kadar air. Lalu, setelah diaduk bahan-bahan yang agak basah itu dimasukkan ke dalam mesin pencetak briket yang kemudian hasilnya akan dijemur di bawah sinar matahari untuk menurunkan kadar air sekitar 15-18%.

Briket yang telah dihasilkan rencananya akan dijual di pabrik tekstil, tetapi saat ini masih dalam tahap uji coba untuk memenuhi jaminan suplai. Dedi mengungkap kualitas briket yang dihasilkan sudah terbilang bagus dengan nilai kalorinya yang sudah di atas 4000 dan beberapa aspek lainnya. "Kita memang belum uji proximate, tapi di kompor bara api kami sudah bisa mencapai 1040 derajat celcius panasnya dan sudah diuji baku mutu emisinya di lab lingkungan," ucap Dedi.

Dedi menambahkan Baku mutu emisi yang dihasilkan berada di bawah ketentuan yang telah ditentukan oleh KLHK sehingga asap yang akan dihasilkan masih dalam jumlah yang aman.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads