Iwan "Kwecheng" Irawan, pendaki senior Wanadri mengatakan, pendakian ke Gunung Eiger cukup menantang. Iwan ditemani tiga temannya yakni Nurhuda, Muhammad Wahyudi dan Muhammad Miftakhudin tergabung dalam Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung (Wanadri).
"Pendakian ke Eiger sangat menantang sekali dan ternyata Eiger ini layak dinamai sebagai salah satu puncak tersulit karena memang jalurnya walau menggunakan jalur normal," kata Iwan dalam rekaman suara yang diterima detikJabar, Senin (11/9/2023).
Suhu panas ekstrem menyambut para pendaki asal Indonesia ini saat tiba di Pegunungan Alpen. Saat melakukan pendakian, selain fisik yang kuat, Iwan menyebut insting juga harus kuat khususnya dalam mencari jalur pendakian.
"Tetapi kita tetap harus cari jalur dan kita hanya mengandalkan keyakinan untuk pijakan karena tangan sering kali berfungsi sebagai untuk meyakinkan saja, jadi kalau kaki tidak yakin dan terpeleset akan jatuh menggelinding ke bawah, ini menjadi sensasi bagi saya dan pijakan pun hampir rata dan benar-benar menggunakan keyakinan untuk berpijak, ini menjadi sensasi pendakian ke Eiger," ungkap Iwan.
Senior Wanadri ini menuturkan Gunung Eiger memiliki ketinggian 3.967 Mdpl. Meski Iwan dan tim sudah merencanakan pendakian ini dengan baik, namun pihaknya temukan hambatan di mana temannya mengalami cedera kaki.
"Waktu awal perencanaan pendakian berencana satu hari, namun kami juga alokasikan waktu satu hari jaga-jaga kalau ada kondisi yang tidak terduga dan ternyata pada saat pendakian salah satu anggota tim cedera lutut sehingga pendakian jadi satu hari dua malam dan kita bermalam di ketinggian 3000 mdpl," jelasnya.
Iwan dan Nurhuda melanjutkan perjalanan untuk sampai ke puncak. Sedangkan Muhammad Wahyudi dan Muhammad Miftakhudin terpaksa menghentikan pendakian di tengah jalur karena alasan medis.
![]() |
Iwan dan Nurhuda tiba di puncak Gunung Eiger. Dia tak bisa banyak berkata-kata saat mengabarkan bendera merah putih di puncak gunung dan dirinya mengaku sangat bangga.
"Begitu sampai puncak Eiger jadi keharuan, kebahagiaan dan kebanggaan yang awalnya puncak ini jadi puncak terkahir karena kondisi cuaca, kita dihadapi badai ini jadi puncak pertama yang kami capai ini keharuan bagi kita semua, haru, puas dan bangga setelah apa yang kami leeati di lintasan," tuturnya.
Ingin Taklukan 3 Puncak Gunung
Ekspedisi Alpine Trilogy digagas oleh Komite Ekspedisi Wanadri Indonesia (KEWI) dan didukung oleh EIGER Indonesia. Ekspedisi meliputi pendakian ke tiga puncak gunung di Pegunungan Alpen, yakni Eiger 3.967 Mdpl, Matterhorn 4.487 Mdpl dan Mont Blanc 4.807 Mdpl.
Iwan menuturkan, untuk menaklukkan tiga puncak gunung sekaligus dibutuhkan waktu berhari-hari untuk melakukan aklimatisasi tubuh dan mengumpulkan data informasi, serta teknis yang diperlukan.
"Ketiga puncak gunung yang dituju, membutuhkan keterampilan teknis dan pengalaman pendakian yang tinggi. Berbagai hambatan silih berganti selama proses percobaan pendakian, mulai dari gelombang panas esktrem yang melanda Swiss hingga cuaca berubah jadi badai salju," ujar Iwan.
Akibat cuaca panas ekstrem yang melanda Eropa, pendakian ke Mont Blanc sempat tertunda karena jalur pendakian ditutup. Ekspedisi dilanjutkan menuju puncak kedua, yakni Matterhorn di ketinggian 4.487 Mdpl. Pendakian dimulai dari Desa Zermatt, desa terdekat menuju Matterhorn, cuaca lagi-lagi tak bersahabat dan turun badai salju.
"Sejak dari Zermatt Badai salju besar datang hingga menghadang kami di tengah jalur, tepatnya di Solvayhuette. Terlalu berbahaya untuk dilanjutkan hingga puncak Matterhorn. Akhirnya kami kembali ke Zermatt," jelasnya.
"Ekspedisi belum usai, masih ada beberapa percobaan lagi menuntaskan misi Alpine Trilogy. Mohon doa dan dukungan semoga empat orang pendaki asal Indonesia di Pegunungan Alpen selalu diberikan perlindungan, keselamatan dan kesehatan hingga kembali ke Indonesia," pungkas pendaki yang pernah menaklukkan gunung-gunung di Jawa, Bali, Lombok dan Sumatera. (wip/yum)