Dampak Kekeringan di Garut: Petani Gagal Panen-Harga Beras Meroket

Dampak Kekeringan di Garut: Petani Gagal Panen-Harga Beras Meroket

Hakim Ghani - detikJabar
Kamis, 07 Sep 2023 11:45 WIB
Ilustrasi kekeringan
Ilustrasi kekeringan (Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)
Garut -

Dampak kekeringan semakin menjadi di Kabupaten Garut. Banyak warga yang kesulitan memperoleh air bersih, hingga petani mengalami gagal panen.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut, dari 42 kecamatan yang ada di Garut, 19 di antaranya dalam status siaga kekeringan. Ada juga 10 kecamatan yang termasuk kategori tanggap darurat kekeringan.

Pemkab Garut sudah menetapkan masa tanggap darurat bencana kekeringan. Masa tanggap darurat kekeringan berlaku hingga 10 September 2023 mendatang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita akan melihat perkembangan hingga tanggal 10 nanti. Karena tanggal 10 adalah akhir dari tanggal darurat kekeringan. Sehingga dilanjutkan atau dihentikan akan melihat hasil evaluasi di tanggal 10," kata Kepala Pelaksana BPBD Garut Aah Anwar.

Di sektor pertanian, ada dua kecamatan yang terdampak paling parah oleh kekeringan yaitu Kecamatan Pasirwangi dan Kecamatan Selaawi. Di Kecamatan Pasirwangi, ada 7 hektare sawah yang mengalami puso. Sedangkan di Selaawi, sedikitnya 15 hektare sawah warga yang mengalami hal serupa.

ADVERTISEMENT

Dinas Pertanian Kabupaten Garut mencatat dari total 42 ribu hektare sawah yang ada di Garut, 163 hektare di antaranya kini terdampak kekeringan. 70 hektare sawah dalam keadaan kekeringan sedang, dan 36 hektare lainnya dalam kondisi berat.

"Ada 22 hektare sawah yang mengalami puso. Yang puso ini memang sudah tidak bisa ditolong lagi. Karena hampir sebagian besar di atas 75 persen sudah terkena kekeringan. Sehingga petani tidak bisa menghasilkan produksi sama sekali," kata Kepala Dinas Pertanian Beni Yoga.

Gagal panen yang dialami para petani ini berdampak pada harga beras di pasaran. Di Pasar Mandalagiri, Kecamatan Garut Kota, harga beras kini mencapai Rp 17 ribu per kilogram untuk jenis premium. Sedangkan beras yang paling terjangkau, berada di kisaran Rp 13,5 ribu per kilogram.

Salah seorang pedagang Nurzaman mengatakan kenaikan harga beras ini karena minimnya pasokan yang diterima pedagang.

"Saya bisa dikasih 2 ton, sekarang paling cuman 1 ton. Enggak bisa lebih, karena stoknya katanya enggak ada," ungkap Nurzaman.

Menanggapi hal tersebut, Bupati Garut Rudy Gunawan saat ini mengeluarkan kebijakan untuk menyalurkan bantuan beras untuk masyarakat miskin di Kabupaten Garut. Selain beras gratis untuk warga di bawah garis kemiskinan, Pemkab Garut juga berencana untuk mensubsidi harga beras agar bisa lebih terjangkau oleh masyarakat dengan program operasi pasar murah.

"Ini hanya ditujukan untuk emergency. Bagi mereka, saudara-saudara kita yang kesulitan untuk bisa mendapatkan beras. Tidak boleh ada masyarakat Garut yang tidak makan," kata Rudy.

Sementara perihal kebutuhan air bersih untuk warga, saat ini banyak pihak yang mulai turun tangan. Pemkab Garut berkolaborasi dengan TNI-Polri untuk menyalurkan air bersih ke perkampungan-perkampungan warga yang terdampak.

Selain itu, mereka juga bekerja sama, untuk bisa menemukan sumber mata air baru di tengah-tengah masyarakat, agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads