Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyamakan kasus kebakaran TPA Sarimukti seperti kebakaran lahan gambut.
Hal itu karena sudah sebelas hari, kebakaran tempat pembuangan sampah terbesar di Bandung Raya itu belum juga padam. Api membakar area seluas 16,5 hektare yang dipenuhi sampah menggunung hingga 50 meter.
"Sudah 2 minggu kebakaran TPA Sarimukti ini tidak berhenti, kedalamannya bisa sampai sekian puluh meter. Di bawahnya itu ada gas metan, sama seperti lahan gambut," kata Luhut kepada wartawan du Cililin, KBB, Selasa (29/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gas metan yang menyebar di bawah permukaan sampah membuat api terus berkobar dan sulit dipadamkan. Sampah yang terbakar itu menjadi bara dan terus menyebar ke titik api lainnya.
"Pengalaman memadamkan kebakaran hutan di Palembang dan Kalimantan 2015 lalu, minimal itu perlu hujan deras sampai 3 hari. Setelah itu relatif terkendali. Memang pemadamannya kita sangat berjibaku," kata Luhut.
Luhut menyebut cuaca panas dan kemarau ekstrem yang terjadi sejak sebulan belakangan juga menyebabkan kebakaran lahan di beberapa daerah di Indonesia.
"Informasi ramalan BMKG, bulan ini sama sekali tidak akan ada hujan, terutama di Jakarta. Jadi mesti diantisipasi soal kejadian seperti ini," ujar Luhut.
Pemadaman api di TPA Sarimukti terus dilakukan sampai saat ini. Pemadam kebakaran dari beberapa daerah di Jawa Barat terjun ke lokasi. Ditambah BNPB yang juga menerjunkan helikopter water bombing sejak empat hari lalu.
Dampak dari kebakaran TPA Sarimukti, membuat Bandung Raya menjadi lautan sampah. Ribuan ton sampah memenuhi TPS dan tepian jalan empat daerah, seperti Kota Cimahi, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat (KBB).