Kebakaran TPA Sarimukti, yang terjadi sejak sebelas hari lalu sampai saat ini masih belum tertangani sepenuhnya. Pemadam kebakaran berjibaku memadamkan api.
12 ribu warga dari tiga desa di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) terdampak asap kebakaran. Ada ratusan warga mengeluhkan gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) karena terus-terusan menghirup gas beracun itu.
Bidan Desa Sarimukti, Edeh Dahlia mengatakan, sejak tanggal 22 Agustus sampai saat ini, ada lebih dari 450 warga yang mengalami gejala ISPA dan keluhan kesehatan lainnya akibat asap kebakaran. Empat orang di antaranya bahkan dilarikan ke rumah sakit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada 4 orang dirujuk ke RSUD Cikalongwetan karena ISPA. Untuk warga lainnya berobat ke posko kesehatan yang dibuka. Hampir 450 orang sampai hari ini," kata Edeh saat ditemui, Selasa (29/8/2023).
Edeh mengatakan hampir 90 persen warga yang terdampak merupakan orang dewasa. Namun ada juga anak-anak hingga balita yang terdampak ISPA kategori ringan.
"Kebanyakan memang dewasa, tapi ada juga anak-anak dan balita. Cuma untungnya kategori ISPA yang dialami warga itu masih ringan," ucap Edeh.
Pihaknya menyediakan berbagai macam obat-obatan untuk penanganan warga terdampak ISPA. Termasuk menyediakan oksigen serta ambulans bagi warga yang mesti dirujuk ke rumah sakit.
"Kita siapkan oksigen, sebagai penanganan awal untuk warga yang sesak nafas. Kalau gejalanya cenderung berat, maka dirujuk ke rumah sakit," tutur Edeh.
Sementara itu dokter Puskesmas Sarimukti, Sandi, rata-rata gejala yang dirasakan dampak asap kebakaran TPA Sarimukti nyaris sama.
"Kondisinya sama semua, ISPA. Memang karena asapnya itu kan mengandung racun yang berbahaya saat dihirup terus menerus," kata Sandi.
Menurutnya, ISPA yang dialami oleh warga di sini masih dalam kategori ringan. Namun berbeda dengan yang dirasakan oleh petugas dan orang-orang yang terlibat dalam pemadaman api, termasuk para jurnalis yang meliput peristiwa tersebut.
"Kalau yang di sana (TPA Sarimukti), sebetulnya bukan cuma masker biasa saja tapi memakai masker oksigen. Bahkan saya saja waktu ke sana itu menggunakan masker tiga lapis. Jadi bisa dibayangkan betapa bahayanya zat beracun dari asap itu," tutur Sandi.
(yum/yum)