Kualitas udara di Kota Sukabumi memasuki zona merah atau termasuk kategori tidak sehat dengan nilai air quality index (AQI) adalah 165. Angka tersebut berdasarkan catatan IQ Air yang diperbarui pada pukul 07:00 WIB.
Sementara itu, konsentrasi PM 2.5 di Kota Sukabumi lebih tinggi berkali-kali lipat di atas pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Tercatat angka polutan di Kota Sukabumi saat ini mencapai 83.3 mikrometer per meter kubik.
Dikutip dari AQ Air, PM2.5 merupakan partikel yang mengambang di udara dengan ukuran diameter 2,5 mikrometer atau kurang. Ukuran PM2.5 sangat kecil sehingga dapat diserap ke dalam aliran darah saat bernapas. Karena alasan ini, biasanya polutan ini menimbulkan ancaman kesehatan terbesar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rekomendasi kesehatan hindari aktivitas outdoor, tutup jendela anda untuk menghindari udara luar yang kotor, kenakan masker di luar dan nyalakan penyaring udara," tulis AQ Air.
Dikonfirmasi terpisah, Kabid P2P Dinas Kesehatan drg. Wita Darmawanti mengatakan, ada beberapa jenis penyakit yang harus diwaspadai oleh masyarakat selama tingkat polusi udara tinggi. Dia menyebut, beberapa penyakit itu yakni DBD, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan diare.
"Penyakit-penyakit terkait udara saat ini yang perlu diwaspadai ISPA, diare dan DBD," kata Wita kepada detikJabar, Senin (28/8/2023).
Dia pun mengungkapkan, kasus ISPA di Kota Sukabumi masih tinggi. Total sejak Januari-Juli 2023 pihaknya telah menangani 35.045 kasus ISPA yang didominasi oleh anak-anak. Secara rinci, Januari sebanyak 6.188 kasus, Februari 5.022, Maret 4.303, April 3.614, Mei 6.725, Juni 4.689, dan Juli 4.507 kasus.
Wita menerangkan, pada musim kemarau saat ini, kultur cuaca dapat berubah secara tiba-tiba dari panas menjadi dingin. Hal tersebut menyebabkan tubuh harus beradaptasi cukup keras. Dampaknya berpotensi menyebabkan imunitas tubuh menurun dan masyarakat rentan terkena penyakit.
"Kebanyakan penderita ISPA ini merupakan usia anak- anak," ujarnya.
Tingginya kasus ini, lanjut Wita, disebabkan faktor banyaknya debu yang berterbangan di musim kemarau. Gejala ISPA yang dialami warga biasanya batuk-batuk, tenggorokan sakit, dan badan pegal-pegal. Jika mengalami gejala tersebut, warga dapat berobat ke puskesmas untuk mendapatkan penanganan medis.
Selain ISPA, kasus DBD dan diare pun cukup banyak. Pihaknya mencatat ada 159 kasus DBD, satu warga di antaranya meninggal dunia. Sedangkan diare, per Januari-Juli 2023 tercatat ada 2.214 balita mengidap diare dari total warga yang mengalami diare 5.757 orang.
Pihaknya mengimbau warga Kota Sukabumi untuk menjaga protokol kesehatan dengan menggunakan masker saat berkegiatan di luar ruangan. "Pencegahan terhadap penyakit seperti ini harus dilakukan dengan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat. Tetap jaga prokes (memakai masker). Upaya lainnya istirahat dengan waktu yang cukup, dan berolahraga secara teratur," katanya.
(yum/yum)