Suasana TPA Sarimukti tak seperti biasanya. Tetap ramai oleh orang-orang, namun bukan oleh aktivitas pembuangan sampah dan pemulung yang mengais rejeki.
TPA Sarimukti di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) sedang dirundung duka. Sejak Sabtu (19/8/2023), gunungan sampah dilalap si jago merah. Sudah enam hari, amukan api belum juga jinak.
Petugas pemadam kebakaran didatangkan dari berbagai daerah. Sebut saja KBB sebagai tuan rumah, dibantu pemadam kebakaran Kota Cimahi, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Purwakarta, Cianjur, hingga Karawang turut ambil peran demi memadamkan kobaran api.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasilnya belum terlalu terasa. Area yang terbakar justru makin meluas. Dari yang awalnya hanya membakar sampah di zona 4, kini merembet ke zona 3, lalu ke zona 2, dan akhirnya menyentuh tumpukan sampah di zona 1 yang ada di bagian depan.
Api sebetulnya mampu dilokalisir dengan kemungkinan nyaris nol bisa merembet ke permukiman warga yang jarak terdekatnya sekitar satu kilometer. Kekhawatiran justru timbul dari asap yang mengepul menyesakkan nafas saat dihirup.
detikJabar mengalami langsung terpaan asap mengandung zat beracun dari sampah plastik kering yang dilumat api. Pengap menusuk hidung. Perih di tenggorokan berujung nyeri saat menelan, hingga perih di mata.
Masker yang terpasang hanya mampu menyaring beberapa persen partikel beracun dan efek asap kebakaran. Sisanya tetap menyusup ke organ pernafasan. Diperparah oleh teriknya matahari menerpa kulit serta debu yang beterbangan ditiup angin kencang.
Di hari ketiga, efek dari paparan asap beracun kebakaran mulai terasa. Tenggorokan mulai berat menelan cairan dan makanan, pernafasan mulai berat, hingga tubuh yang terasa lemas karena paparan panas berlebih.
Kondisi itu ternyata dialami oleh banyak orang yang ada di lokasi kebakaran. Menurut dokter Puskesmas Sarimukti, Sandi, rata-rata gejala yang dirasakan dampak asap kebakaran TPA Sarimukti nyaris sama.
"Kondisinya sama semua, ISPA. Memang karena asapnya itu kan mengandung racun yang berbahaya saat dihirup terus menerus," kata Sandi kepada detikJabar, Kamis (24/8/2023).
Menurutnya, ISPA yang dialami oleh warga di sini masih dalam kategori ringan. Namun berbeda dengan yang dirasakan oleh petugas dan orang-orang yang terlibat dalam pemadaman api, termasuk para jurnalis yang meliput peristiwa tersebut.
"Kalau yang di sana (TPA Sarimukti), sebetulnya bukan cuma masker biasa saja tapi memakai masker oksigen. Bahkan saya saja waktu ke sana itu menggunakan masker tiga lapis. Jadi bisa dibayangkan betapa bahayanya zat beracun dari asap itu," tutur Sandi.
Ia berharap kebakaran bisa segera dipadamkan. Sebab jika lebih lama, bukan tak mungkin jumlah warga yang mengalami ISPA bakal bertambah dengan dampak yang juga lebih berat dari hari ini.
"Mudah-mudahan segera padam, karena dampaknya kan sangat tidak bagus buat kesehatan. Asap kebakaran hutan saja begitu bahayanya, apalagi ini dari sampah yang juga mengandung racun," ucap Sandi.
(mso/mso)