Ratusan warga Kampung Gunung Jambe, Kelurahan Tugujaya, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya mengeluhkan pencemaran lingkungan tempat tinggalnya.
Dalam beberapa bulan terakhir mereka terganggu oleh populasi lalat yang meningkat tajam serta debu yang cukup pekat. "Kalau debu sudah bertahun-tahun, lalat baru sekitar 3 bulan," kata Ano (40) salah seorang warga, Rabu (16/8/2023).
Pantauan detikJabar, pencemaran berupa debu dapat terlihat dari warga genting rumah warga yang berubah menjadi agak putih. Selain itu dedaunan juga tampak diselimuti debu yang cukup tebal. Saat daun disentuh, langsung terasa debu berukuran mikro menempel di jari tangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kadang-kadang suka aral (frustasi), menyapu lantai seakan tak ada gunanya. Baru selesai disapukan, tak lama kotor lagi," kata Euis, warga lainnya menimpali.
Euis juga menambahkan akibat pencemaran udara dengan adanya debu ini membuat repot warga saat menjemur pakaian.
"Menjemur pakaian jadi serba salah, di dalam rumah susah kering, di luar ngebul (berdebu). Kadang pakaian juga terasa merang (terasa gatal)," kata Euis.
Ano menambahkan salah seorang warga Gunung Jambe bahkan sampai mengalami sakit akibat mengalami gangguan saluran pernafasan dan diduga dipicu oleh pencemaran udara tersebut.
"Sampai ada warga yang sakit dan meninggal dunia akibat infeksi saluran pernafasan. Saya memang tak tahu apakah ada hubungannya dengan polusi debu ini atau tidak, tapi penyakitnya memang di pernafasan," kata Ano.
Dia mengaku khawatir kondisi ini akan membawa dampak buruk bagi kesehatan warga di kampungnya. "Ya pasti khawatir, takut ada dampak buruknya bagi kesehatan. Kalau kami mampu, pasti sudah pindah dari sini," kata Ano.
Selain dibuat tak nyaman oleh debu, warga Gunung Jambe juga terganggu dengan serbuan lalat. Ribuan lalat beterbangan liar hinggap di mana-mana. "Ini nyeduh kopi lupa nggak ditutup, langsung dikerubuti lalat," kata Ano diamini warga lainnya sambil membuat jampana untuk Agustusan.
Selain di luar rumah lalat juga masuk ke rumah warga membuat kondisi tak nyaman. "Dicoba diusir pakai obat nyamuk bakar, tak mempan. Pakai kertas lem perangkap lalat juga sudah, tapi tetap saja nggak habis-habis," kata warga yang berdagang makanan di depan rumahnya.
![]() |
Akibatnya dia memilih menggelar dagangannya di dalam rumah karena serbuan lalat yang sudah tak biasa. "Jadi kesannya saya dagang jorok, banyak lalat, padahal memang ini kondisinya luar biasa," katanya. Serbuan lalat juga terlihat diusir anak-anak dengan cara membunuhnya menggunakan sapu.
Kepler Sianturi, salah seorang aktivis yang berusaha mengadvokasi keluhan warga Gunung Jambe tersebut berharap Pemkot Tasikmalaya bisa memfasilitasi kesulitan warga ini. "Ada hak warga yang terganggu, ini perlu ada solusi. Tapi solusi yang tepat dan adil bagi semua pihak," kata Kepler.
Meski dirinya tak mau menuduh, tapi lokasi perkampungan warga ini berdekatan dengan sebuah kandang ayam dan pabrik pengolahan kayu. "Saya tak mau menuduh, tapi memang faktanya seperti itu. Makanya pemerintah silahkan investigasi untuk kemudian membuat solusi. Poinnya bagaimana hak warga terlindungi dan kegiatan usaha tetap berjalan," kata Kepler.
Dia menambahkan Kampung Gunung Jambe yang tercemar debu dan serbuan lalat ini terdiri dari 58 kepala keluarga atau lebih dari 200 jiwa. Kampung ini berupa permukiman padat penduduk yang terselip di antara derap aktivitas ekonomi di Jalan SL Tobing Kota Tasikmalaya.
"Ya ini kepentingan orang sekampung, bukan satu dua orang. Jadi pemerintah harus segera hadir," kata Kepler.