Ada fakta unik di balik pekerjaan menjadi seorang geolog, yakni menjilat bebatuan yang tengah diteliti. Bagi sebagian orang perilaku tersebut mungkin sedikit asing, tetapi ternyata ada alasan penting di baliknya.
Mengutip detikInet dari IFL Science, ahli geologi dan palaeontologi Dr Randall Irmis dari Natural History Museum of Utah menjelaskan seni di balik menjilat batuan fosil.
"Mungkin yang paling menarik adalah kita benar-benar menggunakannya sebagai cara untuk mengetahui apakah sesuatu itu fosil tulang atau bukan," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ternyata tulang fosil akan menempel di lidah Anda dengan sedikit kelembapan, sedangkan kebanyakan batu, kayu yang membatu, dan sejenisnya, tidak akan menempel di lidah Anda. Selalu ada pengecualian, tentu saja," lanjutnya.
Alasan lainnya adalah untuk mengetahui ukuran butir yang membentuk batuan sedimen. Salah satu cara paling efektif untuk mengetahui apakah sebuah batu terbuat dari lanau atau tanah liat adalah dengan mengigitnya sedikit dengan gigi depan. Jika halus, itu tanah liat. Jika sedikit berpasir, maka ada lanau di dalamnya.
Baca juga: Proyek Dermaga PLPR Palabuhanratu Mangkrak |
Tak cuma menjilat, ahli geologi juga mengandalkan indra penciumannya. Beberapa batuan memiliki bau yang khas. Ada pula kebiasaan membawa buku warna seperti sampel cat guna mengetahui warna dari bebatuan yang bisa menjadi informasi penting.
"Itu selalu menjadi pertanyaan lucu bagi para ilmuwan karena kita begitu terbiasa dengan hal itu sehingga tidak tampak aneh bagi kita, tetapi jika orang luar mengamati kita melakukannya, mereka akan berpikir, 'wow, itu benar-benar aneh'," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di detikInet dengan judul Kenapa Ahli Geologi Menjilat Bebatuan?
(yum/yum)