Pemkot Bandung bersama teman-teman disabilitas mengampanyekan perilaku inklusif di trotoar atau jalur pedestrian. Sebab, tak sedikit jalur pedestrian di Bandung yang digunakan untuk parkir dan jualan.
Pemkot Bandung telah membangun beberapa jalur pedestrian yang ramah disabilitas dan lansia. Sayangnya, jalur tersebut sulit diakses karena perilaku yang tak inklusi, seperti digunakan untuk parkir, jualan, dan lainnya. Kondisi demikian menyulitkan disabilitas untuk menggunakan jalur pedestrian.
Biro Hukum Advokasi dan Aksesibilitas Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Jabar Aden Achmad mengatakan pihaknya ingin mendorong agar Bandung bisa menyandang sebagai kota inklusif. Aden menyebutkan transformasi Bandung sebagai kota inklusif sudah dilakukan sejak era Ridwan Kamil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menyuarakan soal membangun Bandung dengan konsep universal desain. Dulu, saya jalan di trotoar Dago pakai kursi roda, roda yang satu di jalan, satu laginya di trotoar," kata Aden saat ditemui di Jalan LLRE Martadinata Bandung, Kamis (10/8/2023).
Baca juga: Asa Hilmi Hijrah ke Cimahi demi Jadi Hafiz |
Aden menilai saat ini sudah ada beberapa kawasan dengan jalur pedestrian yang ramah disabilitas. Termasuk di Jalan Dago, Jalan LLRE Martadinata, Alun-alun Bandung hingga Kawasan Asia Afrika. Namun, Aden menyebutkan infrastruktur yang inklusi, harusnya didukung juga dengan perilaku masyarakat yang inklusi.
"Mudah mudahan Bandung ke depan menjadi kota yang ramah untuk semua. Menjadi kota yang inklusif. Dari dulu ngomong kota inklusif, tapi di mana inklusinya. Sekarang pembangunan sudah dilakukan bertahap, alhamdulillah," katanya.
![]() |
Aden pun menceritakan pengalamannya saat berada di Australia. Ia mengaku tak merasa sebagai penyandang disabilitas saat berada di Negeri Kanguru. Sebab, infrastruktur dan perilaku masyarakat di Australia sudah inklusif.
"Jadi, saya merasa tidak sebagai disabilitas. Karena saya bisa ke mana-mana sendirian," kata Aden.
"Lingkungannya ramah itu kuncinya, infrastruktur dan manusianya. Jadi, kita ini merasa disabilitas karena lingkungannya tidak ramah," ucap dia menambahkan.
Sementara itu, Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung Didi Ruswandi menyayangkan ketika infrastruktur dibangun secara inklusif, namun perilaku masyarakat tak inklusif. Misalnya, soal jalur pedestrian yang terhalang kendaraan dan PKL.
"Infrastruktur bertahap kita perbaiki. Perilaku juga kita perbaiki. Walaupun pendekatannya hanya kampanye publik. Belum penindakan hukum," kata Didi.
Didi menyatakan kampanye perilaku inklusif sudah dilakukan sebanyak enam kali di kawasan Jalan Riau. Kampanye dilakukan setiap hari Kamis. Rencananya, bakal berpindah ke tempat lain.
Kampanye dilakukan dengan berorasi dan membawa poster tentant penggunaan jalur pedestrian. Mereka berjalan dari Taman Pramuka dan berkeliling di Jalan LLRE Martadinata.
(sud/yum)