Mak Engkom, janda nelayan yang tinggal di sebuah gubuk saung kebun di kawasan Hutan Kota Kiaralawang, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi mengaku kerap menahan lapar karena kondisi ekonominya yang tidak menentu.
Bahkan, perempuan berusia 55 tahun itu bercerita pernah kehilangan beras yang dia simpan di hawu (kompor tradisional) dekat gubuk miliknya.
"Pernah beras hasil kumpul-kumpul dapat 5 liter saya simpan di dekat hawu, saat pulang hilang. Saya kebingungan mau cari ya cari kemana, akhirnya menahan lapar. Kalau soal lapar saya sudah biasa," kata Engkom kepada detikJabar, Rabu (9/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Engkom terisak, ia mengusap air mata yang meleleh dengan tanganya. Tercekat, ia bercerita pernah menahan lapar selama 5 hari karena tidak punya uang untuk membeli beras dan lauk pauk.
"Pernah emak nahan lapar sampai lima hari, emak tahan sendiri karena sudah malu kalau harus minta ke tetangga. Kalau cucu saya (M Fadilah/Doel) biasanya sama Mak Oyot, neneknya yang lain saya ungsikan dulu di sana, saya tahan saja laparnya," lirih Engkom.
![]() |
Sepintas tentang Mak Engkom, almarhum suaminya bernama Nanang, meninggal dunia setelah sakit stroke selama 11 tahun. Saat itu, Mak Engkom tinggal satu rumah dengan Mak Oyot istri tua suaminya. Sepeninggal Nanang suaminya, Engkom sempat terlunta-lunta mencari tempat tinggal.
"Banyak konflik keluarga, oleh anak kandung saya sendiri bapaknya Fadillah saya tidak diakui. Padahal dia hidupnya berpenghasilan. Oleh keluarga sendiri juga tidak akur, saya kerap diperlakukan tidak baik. Sampai akhirnya 5 bulan terakhir saya tinggal di saung kebun ini," tuturnya.
Ketika hujan turun, Mak Engkom kerap mengungsi ke rumah tetangganya. Air hujan deras masuk ke dalam sela-sela gubuk membasahi kasur dan barang-barang pribadi miliknya yang bertumpuk tidak karuan.
"Kalau hujan emak ngungsi, Doel di rumah temannya menginap. Kadang kalau ada barang basah saya jemur," ujarnya.
Diketahui, cerita Mak Engkom terungkap, usai kisah sang cucu Muhammad Fadilah alias Doel yang ingin sekolah jadi perbincangan warga. Doel akhirnya bisa melanjutkan sekolah di SMPN 3, namun ternyata kisah miris kehidupan Doel juga tercermin dari kehidupan sang nenek yang awalnya akan menyerah dengan keinginan cucunya yang ingin melanjutkan sekolah.
(sya/yum)