Lorong Waktu

Janda Jasitem Pemikat Meneer Belanda Kaya Raya dari Kuningan

Fathnur Rohman - detikJabar
Sabtu, 05 Agu 2023 19:00 WIB
Petugas Museum Linggarjati, Toto Rudianto saat menunjukan foto dokumentasi suasana Gedung Linggarjati dari masa ke masa. (Foto: Fathnur Rohman/detikJabar)
Kuningan -

Gedung Linggarjati bukan sebatas bangunan bergaya kolonial di lereng Gunung Ciremai. Properti dengan ornamen dan corak arsitektur simetris khas Eropa itu, dahulu pernah menjadi tempat pertemuan dua insan beda bangsa yang saling jatuh hati.

Artinya bangunan di Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan ini tidak hanya berfungsi sebagai ruang perjuangan para diplomat pimpinan Sutan Syahrir dalam mempertahankan status kemerdekaan Indonesia di hadapan perwakilan Belanda pada November 1946. Jauh sebelum itu, kisah asmara antara orang pribumi dengan kaum kompeni sempat bersemi di Gedung Linggarjati.

Hikayat percintaan tersebut menjadi sisi lain dari Gedung Linggarjati yang jarang diketahui khalayak luas. Bahkan, untuk warga Kuningan sendiri mungkin belum familiar dengan salah satu kisah ikonik ini.

Guna mengetahuinya, mari kembali pada dekade 1910-an, ketika seorang janda bernama Jasitem pertama kali menetap di sebuah desa kecil nan sejuk di kaki Gunung Ciremai. Saat itu dia tinggal sendirian dalam gubuk sederhana.

Gubuk sederhana milik Jasitem berdiri pada kawasan dataran tinggi yang kini disebut Linggarjati. Waktu itu sekelilingnya masih ditumbuhi rerumputan liar. Kondisi 'rumah' janda ini pun disebut kurang begitu layak untuk menjadi hunian.

Selama bertahun-tahun menetap, kehidupan Jasitem berjalan normal layaknya kaum pribumi yang tinggal di daerah koloni Hindia Belanda. Namun keseharian Jasitem cukup memprihatinkan. Dia harus tinggal seorang diri dalam gubuk sederhana miliknya karena tidak memiliki keturunan.

Pada 1918, sesuatu yang tidak terduga menghampiri Jasitem. Nasib janda tersebut berubah 180 derajat saat seorang berkebangsaan Belanda menemuinya. Perjumpaan ini juga berperan penting dalam cikal bakal proses berdirinya Gedung Linggarjati yang terkenal sangat bersejarah di Kabupaten Kuningan.

"Dalam tahun 1918 di tempat ini berdiri rumah gudang milik Ibu Jasitem, dia seorang diri tidak mempunyai keturunan. Datang seorang Belanda dari Tersana," tulis Solichin Salam dalam bukunya Arti Linggarjati Dalam Sejarah (1992), yang dikutip detikJabar, Sabtu (5/8/2023).

Hidup Jasitem mulai berbunga-bunga. Takdir telah membawanya menjalin kasih dengan orang Belanda tersebut. Tuan Tersana, begitu masyarakat setempat menyebutnya waktu itu, langsung kepincut dengan paras rupawan janda dari Linggarjati ini.

Tidak ada yang tahu pasti bagaimana awal mula Tuan Tersana dapat berkenalan dengan pemilik pertama Gedung Linggarjati tersebut. Tapi, sebagaimana dikabarkan harian Dharmasena Edisi Januari 1989, pria Belanda itu begitu terpesona dengan Jasitem, sampai-sampai dia mempersuntingnya.

Dapat dikatakan asmara yang terjalin di antara dua sejoli ini sangat unik. Bila berkaca pada kompleksitas hubungan bangsa Belanda dengan kaum pribumi selama masa penjajahan, khususnya di Kuningan, maka romansa keduanya merupakan fenomena langka. Walaupun ada yang serupa, tapi kejadiannya tidak terlalu banyak.

"Lama-kelamaan Tuan Tersana itu akhirnya jatuh cinta kepada Ibu Jasitem dan akhirnya mereka menikah. Setelah itu Ibu Jasitem menjadi Nyonya Tersana," begitulah penggalan artikel yang dinukil detikJabar dalam harian Dharmasena edisi Januari 1989.

Sejumlah literatur yang dihimpun detikJabar, menyebutkan kalau Tuan Tersana sosok kaya raya. Dia diketahui bekerja di sebuah pabrik gula yang terletak pada kawasan Babakan, Sindang Laut, Cirebon. Akan tetapi beberapa arsip lainnya menuliskan Tuan Tersana adalah pengusaha sekaligus pemilik pabrik gula tersebut.

Indikasi ini merujuk pada penyematan atau penyebutan yang diberikan masyarakat setempat kepada orang Belanda itu. Nama asli pengusaha kaya raya asal negeri Kincir Angin tersebut yakni Marghen atau Margen.

"Ibu Jasitem menikah dengan orang Belanda. Tuan Margen, yang oleh masyarakat sini disebut Tuan Tersana. Karena beliau pemilik Pabrik Tersana Baru di Cirebon sana. Sosok Tuan Margen ini disebut sangat kaya, karena beliau pengusaha gula," ungkap Staf Juru Pelihara Gedung Linggarjati, Toto Rudianto kepada detikJabar belum lama ini.

Meskipun tersohor dan bergelimang harta, menurut Toto, hati Tuan Tersana takluk oleh paras serta penampilan sederhana dari Ibu Jasitem. Terlepas dengan statusnya sebagai janda sekaligus pribumi, Jasitem tetap dinikahi pengusaha gula asal Belanda itu.




(orb/orb)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork